Intervensi prebunking kedua bersifat pasif. Pada aktivitas ini seseorang cukup berfokus dan mengamati pesan yang diduga hoaks. Orang tersebut akan mencoba memahami dan mendikotomi sebuah pesan hoaks atau bukan. Kemudian dari pilihan yang dibuat, orang tersebut menjadi perspektif untuk mengecek fakta.
Kembali ke ranah hoaks di kala Pemilu, prebunking menjadi kian penting. Misalnya, dari intervensi aktif publik bisa menduga atau memprediksi sebuah narasi dari Capres yang mungkin bisa menjadi hoaks. Dari intervensi pasif, seseorang bisa merasa sebuah narasi dari seorang Capres bisa menjadi hoaks atau tidak, untuk memunculkan sebuah standpoint.
Aspek inokulasi dari konsep prebunking pada masa Pemilu kiranya sudah banyak orang rasakan. Akibat paparan dan pengalaman hoaks sejak 2017, mungkin seseorang sudah memiliki 'kompetensi' untuk membuat hoaks. Seseorang mungkin tanpa sadar sudah bisa menebak sebuah tragedi bisa dikaitkan dengan Pemilu, misalnya saat peringatan hari G30S/PKI.
Maka, kombinasi dari tindak kuratif, preventif, dan pre-emptif menjadi kekuatan publik melawan hoaks. Bukan saja saat Pemilu mereka akan bisa melakukan cek fakta. Tetapi di hari-hari yang dilalui bersama aplikasi medsos dan chat yang kini disusupi hoaks.
Salam,
Wonogiri, 02 Mei 2023
02:32 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H