Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sejenak Refleksikan Detoks Media Sosial (SDMS 22/30)

13 April 2023   22:44 Diperbarui: 14 April 2023   23:13 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah banyak langkah yang bisa dilakukan sebagai pengalih diri dari medsos berlebihan. Ada kalanya diri juga membutuhkan refleksi, dalam hal ini perjalanan detoks media sosial. Bukan soal berhasil namun keinginan dan aksi nyata yang dilakukan. Proses adalah tentang progres.

Medsos masih menjadi salah satu sumber informasi dan hiburan masyarakat modern. Namun, medsos juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi seperti rasa cemas, depresi, kesepian, iri hati, dan rendah diri. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perbandingan diri dengan orang lain, perundungan siber, atau paparan informasi negatif.

Detoks mesos bisa menjadi cara mengurangi, membatasi, bahkan mengantisipasi efek di atas. Detoks medsos adalah kegiatan mengurangi penggunaan medsos untuk sementara waktu, atau secara permanen. Tujuannya adalah untuk memberikan waktu bagi diri untuk beristirahat, menikmati kehidupan, dan menjadi lebih produktif.

Bagi beberapa orang, atau diri sendiri bisa sangat aktif di berbagai platform medsos. Waktu berjam-jam dihabiskan hanya untuk melihat postingan orang lain. Kadang iseng mengomentari, like atau share. Terkadang aktivitas dan interaksi banyak ini membuat diri juga mencari comment, likes, dan share menjadi candu diri.

Perlahan dan tidak disadari bahwa kebiasaan tadi membuat cemas. Sering juga merasa insecure atau tidak percaya diri. Diri seolah tidak puas dengan saat melihat postingan orang lain yang tampak lebih sukses, bahagia, cantik, atau populer. Sehingga kadang merasa tertekan sendiri untuk mengikuti tren atau standar yang ada di medsos. 

Seringkali ada khawatir atau marah saat melihat berita dan informasi viral negatif pemicu konflik atau kontroversi. Medsos sering dirasa begitu gelap dan penuh ketidakpastian. Namun diri terus kembali lagi mengecek linimasa dan notifikasi. Medsos tidak terasa telah menguasai pikiran dan mendistraksi perhatian.

Dengan langkah-langkah detoks medsos yang telah, refleksikan kembali. Apakah langkah yang sudah dijalanisudah dapat mengurangi rasa cemas dari tsunami informasi di medsos? Apakah diri juga merasa lebih percaya diri karena tidak lagi membandingkan diri dengan orang lain atau standar yang tidak realistis? 

Lebih jauh, apakah dengan detoks medsos, sudah ada lebih banyak waktu untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat dan menyenangkan bagi diri sendiri? Sudah seringkah aktivitas mengobrol langsung dengan teman atau keluarga? Sudahkah juga melakukan aktivitas atau belajar hal-hal baru?

Seberapa sering memilih tidak mengecek medsos sudah dilakukan. Sudahkah pernah sehari tanpa medsos? Atau malah sudah terbiasa mengurangi medsos selama satu minggu? Perubahan apa saja yang dirasakan diri setelah membatasi medsos dengan cara ini? Renungkan dan syukuri.

Jangan lupa untuk mencari tahu respon teman-teman dan keluarga yang tahu diri sedang detoks medsos. Bagaimana tanggapan mereka? Apakah mereka mau menemani atau malah ikut langkah detoks medsos? Pahami dukungan, kritik, dan saran mereka dan jadikan motivasi lebih jauh dengan detoks medsos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun