Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sayangi Durasi Perhatian, Kurangi Medsos (SDMS 11/30)

2 April 2023   23:47 Diperbarui: 8 April 2023   22:56 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Focus oleh Karolina Grawboska (pexels.com)

Media sosial jelas menyedot banyak waktu perhatian manusia modern. Dari 7 jam waktu online perhari, rata-rata perhatian pada medsos sekitar 2 jam 27 menit. Dan sejak 2012 sampai dengan 2021, penggunaan medsos meningkat hampir 1 jam (57 menit). Bayangkan dengan mereka yang terlalu terfokus dengan medsos.

Prof Earl Miller, seorang ahli saraf di MIT, menjelaskan bahwa otak hanya dapat memproses satu atau dua pikiran pada saat yang bersamaan. Dan hal ini dalam kondisi sangatlah fokus. Manusia memiliki kapasitas kognitif yang sangat terbatas. Namun kini, rata-rata remaja yakin mereka dapat mengkonsumsi informasi dari 6 medsos pada saat yang bersamaan. 

Ahli saraf lain melihat bahwa orang yang percaya bahwa mereka bisa multitasking, sebenarnya salah duga. Mereka sebenarnya terus bergantian berfokus melakukannya. Apa yang mereka lakukan adalah juggling dan mengkonfigurasi ulang otak mereka dari waktu ke waktu. Dan hal ini ada dampaknya.

Sebuah studi di Universitas Carnegie Mellon mengkonfirmasi dampaknya. Studi ini meminta 136 siswa untuk mengikuti tes. Beberapa dari mereka harus mematikan ponsel mereka. Sementara yang lain menyalakan ponsel mereka sambil menerima pesan teks yang terputus-putus dan konstan. 

Dampaknya, siswa yang menerima pesan ini memiliki kinerja 20% lebih buruk. Terutama dibandingkan dengan mereka yang mematikan ponselnya. Dan bisa jadi gambaran studi ini menggambarkan kehilangan fokus 20% dari kekuatan otak karena terdistraksi dengan medsos.

Perhatian kini menjadi begitu berharga di era digital. Karena perubahan teknologi menjadikan dunia digital lebih terkoneksi dan lebih mudah diakses oleh siapa saja, perhatian semakin pendek. Selalu ada saja informasi dan berita di medsos yang menggoda untuk dibaca. Perhatian pun juga telah menjadi kapitalisasi platform medsos.

Medsos juga membuat banyak orang lebih mudah berbagi dan mengakses informasi viral. Medsos juga menciptakan hubungan yang lebih lekat dengan users lain. Perhatian pun menjadi semakin berharga karena terciptanya hubungan yang lebih kuat users lain. Walaupun hubungan lemah, tapi seolah lebih menarik.

Saat user memberikan perhatian users seseorang, ada rasa peduli yang ditunjukkan. Hubungan ini juga ditujukan agar pihak terlibat mengetahui lebih banyak. Dengan perhatian juga membuat users lain merasa dihargai dan dihormati. Sayangnya, perhatian ini kadang menyedot perhatian akan pekerjaan atau belajar.

Dengan memberikan perhatian pada akhirnya menuntut perhatian atas hal-hal yang dibicarakan. Obrolan ringan di medsos dibalik akun anonim kadang menyedot waktu dan perhatian. Sehingga perlu ada kontrol terhadap interaksi yang menyedot terlalu banyak perhatian di medsos.

Perhatian menjadi entitas penting di dunia nyata daripada di dunia maya. Walau perhatian dapat menciptakan hubungan yang lebih erat dengan di medsos. Ada perhatian yang dipertaruhkan. Oleh sebab itu, sebaiknya butuh juga cara memahami detoks medsos. Gunakan dan jadwalkan rutinitas diri di medsos seperti ini.

Perhatian ini bukan saja tentang membuat users lain merasa dihargai dan dihormati. Tetapi juga pada informasi viral, gosip, sampai julidan medsos yang nirfaedah. Perhatian yang berharga di era digital kiranya bisa dimanfaatkan dan dikontrol untuk kegiatan yang lebih produktif di dunia nyata.

Tengok kembali langkah detoks medsos lain di sini.

1 - 2 - 3 - 4 - 5 - 6 - 7 - 8 - 9  - 10 - 12 - 13 - 14 - 15 - 16 - dst

Disclaimer:

  • Tulisan ini adalah tulisan dalam Seri Detoks Media Sosial (SDMS) selama bulan Ramadhan. 
  • Untuk tautan setiap tulisan berikutnya akan di-update secara berkala 
  • Setiap tulisan tidak merefleksikan apa yang sudah dialami atau dilakukan penulis
  • Setiap tulisan adalah hasil analisis dan riset dari berbagai sumber
  • Sumber dari setiap tulisan ada dalam tautan yang disisipkan.

Salam,

Wonogiri, 02 April 2023

11:47 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun