Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Yakin Hapus Postingan Lama (SDMS 3/30)

25 Maret 2023   23:00 Diperbarui: 29 Maret 2023   23:05 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memposting di media sosial sudah menjadi kegiatan bagi banyak orang. Sehari tanpa posting, seolah hambar rasanya. Bisa sekadar memposting foto pagi cerah di status WhatsApp, buat story video macet di Instagram, atau unggah foto makanan di Facebook. Apapun itu, pokoknya posting.

Selain berkomunikasi, posting di medsos berarti banyak hal. Dengan menunjukkan foto pagi cerah di rumah, umumnya mengajak orang bersyukur. Buat story macet berarti menyampaikan betapa semrawutnya lalulintas. Dan mengunggah foto makanan bisa diartikan pamer atau mengajak orang lain untuk masak.

Postingan juga memiliki dua arah komunikasi. Sebuah postingan umumnya mengharapkan social gesture. Jika di dunia nyata interaksi verbal juga didampingi cue non-verbal, seperti gestur, mimik, intonasi, dsb. Maka di medsos, hal ini diganti dengan like, heart, share, komentar, dsb. Semakin banyak hal-hal ini, semakin menyenangkan interaksi di medsos.

Namun, kadang postingan dengan banyak like atau heart tidak sebaik yang dikira. Postingan saat SMA atau 5 tahun lalu, jika tak dihapus akan abadi jejak digitalnya. Users sering lupa, tapi tidak algoritma sosial media. Saat aplikasi medsos mengingatkan postingan macam ini, dirasa biasa saja. Tapi bisa cukup mencemaskan jika ditemukan orang lain.

Langkah detoks medsos berikutnya adalah berani hapus postingan lama. Tentu tidak semua postingan yang mungkin memiliki makna, kesan, dan memori bagi diri sendiri atau orang lain. Postingan yang mungkin jika dipikir kembali nirfaedah, konyol, atau dirasa merugikan di masa depan.

Memilih posting pribadi macam ini menjadi tugas yang berat. Namun, ada beberapa strategi yang dapat memberikan keputusan yang tepat. Sebelum mendetoks medsos lebih lanjut, pahami dulu keputusan dan un-follow akun nirfaedah. Strategi hapus postingan lama yaitu.

Pertama, lakukan penilaian kritis pada postingan yang dirasa kurang sreg. Tanyakan pada diri "Apakah postingan itu mencerminkan nilai dan prinsip yang diyakini?" "Apakah postingan dirasa sudah jadul atau tidak relevan lagi?" "Apakah dari postingan itu masih bisa diingat semua informasi yang terkandung di dalamnya?" Jika jawabannya tidak, pertimbangkan untuk menghapusnya.

Kedua, pikirkan dampak jangka panjang dari postingan yang telah dibuat. Tanyakan kembali, "Apakah postingan itu masih relevan dengan tujuan dan aktivitas utama di medsos?" "Apakah nanti postingan ini bisa bermanfaat bagi karir, kelurga, atau kenalan?" Jika jawaban masih tidak, relakan untuk menghapusnya.

Ketiga, periksa kembali postingan yang dibuat selama ini. Scroll dengan cepat, perhatikan, sambil tanyakan "Apakah postingan itu masih sesuai dengan norma sosial atau S & K yang berlaku di medsos?" "Apakah postingan itu masih layak di-share dengan orang lain lagi?" Jika jawabannya masih tidak, coba untuk menghapusnya.

Keempat, refleksikan keputusan  untuk menghapus posting. Walau sulit dan enggan, tepat sebelum menghapus postingan tanyakan "Apakah sudah benar yakin dengan keputusan menghapus konten?" "Apakah sudah benar yakin bahwa ini jadi keputusan terbaik untuk jejak digital diri?" Kalau jawabannya adalah iya, keputusan menghapus sudah tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun