Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bulan Ramadhan, Kurangi Julid di Medsos

22 Maret 2023   23:49 Diperbarui: 23 Maret 2023   17:35 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Ramadhan adalah bulan menahan diri. Karena benar, musuh terberat manusia adalah dirinya sendiri. Pada 29 hari ke depan, puasa bukan sekadar menahan lapar. Tapi sebaiknya juga menahan keinginan dan tindakan yang merugikan. Di kehidupan manusia modern, hal ini berarti baik di dunia nyata dan maya.

Media sosial memang jadi medium bebas tanpa batas informasi dan interaksi. Medsos jelas ada sisi positifnya, namun banyak juga sisi negatif. Sayangnya sisi negatif lebih sering menjadi konsumsi. Konten kontroversial, di luar nalar, sampai provokatif mudah viral. Users pun merespon dengan julid.

Julid sebagai sebuah ekspresi diri lebih baik tidak dimaterialisasi, seperti berkomentar. Satu atau dua kali mungkin banyak netizen bisa lolos. Tapi tidak selamanya bisa. Seorang ibu yang julid ke Dewi Perssik di medsos, sempat dilaporkan ke polisi. Netizen yang julidnya keterlaluan ke kasus Aldila Jelita dan Indra Bekti juga bisa dilaporkan ke polisi.

Perlu disadari bahawa bahwa komentar yang dibubuhkan posting seseorang, atau membuat posting sendiri bisa berdampak yang luas. Tak jarang bisa berimbas konsekuensi yang tidak diinginkan jika viral. Selama Ramadhan, dengan cara berikut setidaknya netizen bisa mengurangi kejulidan.

Pertama, semua harus paham bahwa medsos sebagai medium berkomunikasi. Dan dalam komunikasi, salah paham dan salah ucap bisa terjadi. Oleh karena itu, sebaiknya kita harus berhati-hati dalam memberikan komentar. Di medsos, aspek multipersepsi netizen kadang membuat posting remeh jadi debat kusir.

Kedua, sebaiknya tidak menggunakan medsos untuk menyulut atau menanggapi perdebatan. Sebaiknya jika terlanjur berdebat komentar tak berujung, hentikan. Coba membatasi komentar dan menjauh dari medsos sementara. Semakin dalam berdebat, seringkali malah saling caci maki sampa men-doxxing.

Ketiga, sebelum menulis komentar, cobalah untuk berpikir dua kali. Tanyakan pertanyaan ini "Apa yang akan saya tulis bisa menyinggung atau menyakiti orang lain?" Jika jawabannya ya, tahan diri dari memberi komentar. Seringkali, karena dorongan amarah dan sensasi belaka, komentar menyinggung bisa dibubuhi.

Keempat, urungkan berkomentar dengan pola pikir atau penjelasan berlebihan. Menulis komentar yang memicu kebencian membuat pembuatnya terlihat buruk. Terlalu 'pintar' pun kadang malah menyulut netizen makin julid. Walau kadang terlalu 'receh' komentarnya dianggap tidak serius. Serba salah memang.

Kelima, saat muncul atau melihat komentar yang tidak mengenakkan, skip cepat atau jangan like atau menanggap komentar. Seperti jerami kering, menanggapi komentar julid malah membuatnya semakin populer. Dan menjadi populer sering menjadi tujuan netizen. Perilaku yang sama pun ditiru, walau secara tidak sadar.

Keenam, jika terjebak dalam komentar saling balas yang julid, ubahlah topiknya. Gunakan cara agar diskusi untuk mencari solusi. Jika sudah sampai pada saling caci, sebaiknya hentikan. Julid memang bertujuan untuk mendiskreditkan. Namun banyak netizen tak ada yang mau terjadi konfrontasi di dunia nyata.

Ada baiknya memang, men-detoks diri selama Ramadhan dari medsos. Memang cukup sulit hidup lepas dari medsos. Apalagi sindrom FOMO (Fear of Missing Out) bagi beberapa cukup meresahkan. Di bulan puasa, mungkin menjadi waktu tetap men-detoks diri. Men-detoks bukan berarti lepas seluruhnya dari medsos, tapi menahan diri kembali.

Beberapa cara di atasa bisa menghindari diri dari kemarahan dan komentar netizen yang liar. Dengan menjalankan beberapa tips tersebut, netizen bisa menghindari kebiasaan julid di medsos. Sehingga, menahan diri di bulan Ramadhan menjadi raihan baik di dunia nyata dan maya.

Salam,

Wonogiri, 22 Maret 2023

11:49 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun