Privasi masih menjadi isu elit di Indonesia. Kultur komunal yang lekat dengan kehidupan orang Indonesia, mengaburkan makna dan praktik privasi itu sendiri. Tak jarang, banyak orang mengorbankan privasi demi mengejar engagement dan viral. Banyak orang memposting foto bayi yang lucu di medsos. Ketika disalahgunakan baru merasa dirugikan.
Baik sadar atau tidak, sejatinya users sudah dieksploitasi privasinya. Kondisi konsep dan penggunaan privasi di dunia digital kian kompleks. Banyak perusahaan teknologi dan platform medsos mengumpulkan data pribadi, melacak perilaku, dan mengakumulasi kebiasaan online penggunanya.Â
Beberapa negara, termasuk Indonesia, sudah mulai sadar dampak eksploitasi ini. Regulasi seperti GDPR ada di Uni Eropa, DPO di Australia, UUPDP di Indonesia, dsb. Perusahaan teknologi dan platform medsos wajih mengikuti regulasi di tiap negara. Walaupun begitu, masih banyak loophole privasi.
Loophole ini menjadi bentuk pelanggaran privasi di dunia digital. Pelanggaran paling umum adalah pengumpulan data tanpa persetujuan. Pelanggaran lain termasuk penggunaan, penyebaran, dan penjualan data pribadi tanpa ijin kepada pihak ketiga. Salah satu prakteknya seperti data tracking, pengumpulan data dengan cookie, medsos, dan mesin pencari.
Sebelum jauh membahas privasi itu sendiri. Mari mengenal konsep privasi. Privasi merupakan hak individu untuk memutuskan apa yang dibagikan, ke mana, dan dengan siapa. Hak ini juga meliputi hak untuk memutuskan data pribadi apa yang akan dibagikan termasuk nama, alamat, foto, dan informasi terkait lainnya.Â
Konsep privasi juga menyangkut hak untuk menghindari pengumpulan, penyimpanan, penggunaan, dan penghapusan data pribadi tanpa persetujuan yang diberikan secara sukarela. Maka setiap orang berhak mengetahui informasi pribadi jika orang lain memiliki akses ke informasi tersebut.
Privasi pun memiliki 4 lapisan. Pada tiap lapisan ini memiliki pihak-pihak dimana privasi ditampilkan dan dipergunakan. Ke empat lapisan itu adalah lapisan personal, korporasi, pemerintah, dan rawan peretasan.
Lapisan 1: Personal
Pada lapisan personal, users secara sadar menampilkan privasinya dengan caranya sendiri. User juga memilih menggunakan media digital yang berbeda sesuai manfaat dengan privasi yang dikompromikan. Walau lapisan ini tidak berdampak berbahaya pada privasi personal, tetapi menjadi lapisan pertama terkait kehilangan privasi.
Pihak yang digunakan menggunakan privasi users antara lain sosial media, aplikasi chat, mesin pencari, dan aplikasi lain. Pihak-pihak ini memiliki syarat dan ketentuan mengatur data pribadi users. Dan secara sadar users juga memperbolehkan eksploitasi privasi dan data pribadinya untuk kepentingan platform.