Beberapa berita sensasional pun mencoba mengelabui netizen demi klik. Sering juga, beberapa netizen tertipu. Mereka merasa harus membagikan berita ini demi menjadi pertama dan populer. Tanpa perlu cek fakta dan mencari sumber terpercaya, like, heart, comment, RT, sebanyaknya adalah tujuan.
Karena keprihatinan dan pelajaran, video hoaks paska gempa sering khilaf disebarkan. Generasi rentan digital merasa keluarga dan anak cucunya mengambil hikmah dari video tersebut.Â
Share dan forward pun dilakukan. Ketika diingatkan videonya bodong, mereka jadi tersinggung. Ada juga rasa sungkan generasi melek digital membeberkan faktanya.
Gempa dan dampaknya social hazard-nya jangan dibuat main-main. Seorang ibu rumah tangga di Sidoarjo ditangkap polisi gegara sebar hoaks gempa. Melalui akun Facebooknya, ia menyebarkan hoaks prediksi gempa 8,9 di Pulau Jawa. Polisi juga menangkap 12 orang yang menyebarkan hoaks munculnya tsunami paska gempa di Palu tahun 2018.
Perlunya penguatan cek fakta terkait mitigasi bencana menjadi kian mendesak. Indonesia yang juga merupakan negara rawan gempa, harus tangguh melawan hoaks paska gempa. Memulai mempelajarinya pun sejatinya bisa dilakukan situs tularnalar, misalnya. Cek fakta di kala bencana, bisa menyelamatkan nyawa.
Salam,
Wonogiri, 08 Februari 2023
11:12 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H