Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Propaganda Komputasional: Ancaman Demokrasi dan Perang Siber (Part 1)

5 Februari 2023   00:16 Diperbarui: 6 Februari 2023   23:37 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Propaganda komputasional pun bisa terjadi antar negara berseteru. Apalagi negara yang memang memiliki infrastuktur, SDM, dana, dan riset luar biasa pada propaganda komputasional. Beberapa contoh kasus propaganda komputasional yang pernah terjadi antara lain: 

  • Badan intelijen Amerika Serikat (U.S. National Intelligence) disusupi disrupsi informasi pada pelaksanaan Pemilu tahun 2016. Pelakunya diduga adalah 13 orang asal Rusia yang bekerja di sebuah agensi yaitu  Internet Research Agency (IRA) di St. Petersburg. Mereka membeli banyak sekali slot iklan di Facebook dengan tujuan mengubah persepsi pemilih saat Pemilu berlangsung. 
  • Pada sebuah investigasi oleh U.S. Senate Committee on Foreign Relations  kampanye disinformasi serupa tahun 2016 juga terjadi pada saat referendum Inggris tahun 2016, kampanye saat Pemilu Presiden di Perancis dan Pemilu Federal di Jerman tahun 2017 dan beberapa gelaran politik lain seperti di Italia, Spanyol, Belanda, negara Skandinavia, dan di Baltic. 

Propaganda komputasional adalah bencana digital untuk kehidupan demokrasi. Publik paham aspirasinya dalam negara demokratis bisa didengar cepat, tepat, dan efisien di medsos. Namun propaganda komputasional pemerintah pada publiknya memberi nuansa teror digital. Dan bisa jadi ada tiran digital yang mensurveilans publiknya, setiap detik.

Perang berbasis komputasional propaganda antar negara tak kalah mengerikan. Campur tangan negara lain via komputasional propaganda bakal memperkeruh konflik dalam negeri. Sebuah negara bakal cepat hancur, jika serangan siber teknis pun menjadi tank yang memborbardir kedaulatan digital.

Salam,

Wonogiri, 05 Februari 2023

12:16 am

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun