Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Influencer, Teman di Kala Sepi

2 Februari 2023   22:48 Diperbarui: 8 Februari 2023   11:17 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cooking Live oleh Ron Lach (pexels.com)

Influencer menjadi teman yang begitu ceriwis bercerita. Di depan layar PC, laptop dan ponsel, mata terus menyimak. Telinga terus mendengarkan dengan intens. 

Jemari pun kadang cekatan membubuhi komentar. Pikiran dan hati juga terus berharap ada balasan tweet yang dibuat. Senyum dan tawa tak jarang tercipta dari interaksi dalam sunyi ini.

Interaksi yang lebih intens dengan influencer diwujudkan dengan follow, subscribe atau join. Dengan melakukannya, seseorang akan merasa bisa men-support dan 'intim'. 

Dengan kata lain, ia akan terus kembali mencari dopamine atau feel-good hormon dalam interaksi virtual tersebut. Komentar yang dibalas, foto di-like, atau namanya disebut dalam video adalah kebanggaan.

"Connectivity becomes a craving." - Sherry Turkle

Quote diatas diambil dari buku Being Alone Together: Why We Expect More from Technology and Less from Each Other, 2011. Konektivitas menjadi candu. 

Influencer menyediakan hal tersebut. Hiburan, celotehan, bahkan justifikasi menggugah emosi dan sensasi. Mata, telinga, dan tangan mungkin sunyi. Tapi isi hati dan pikiran akan terus riuh.

Saking gandrungnya dengan influencer, entah itu barang, jasa, atau donasi akan diiyakan. Isu yang didorong pun sering dibantu viralkan. Karena influencer adalah sahabat dalam kesepian. 

Ia mewarnai dan mengisi masa-masa sepi dan lelah di dunia nyata. Walaupun faktanya, kadang ketawa-ketiwi sendiri lihat YouTuber favorit ini sambil nongkrong bareng.

Jelas juga, tidak semua teman kesepian ini memberikan dampak positif. Dari mulai menginsinuasi kebencian sampai memprovokasi persekusi juga bisa dilakukan influencer. 

Banyak juga influencer dengan pengaruh dan jejaringnya, menipu banyak orang. Kerugian finansial pun diderita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun