Beberapa orang menjadi influencer dadakan karena pernah viral. Walau cepat juga redup karena tidak fokus dan tak memiliki karakteristik. Ada juga influencer yang memiliki visi dan konsisten dengan konten kreasi miliknya. Jumlah followers pun ditargetkan dan diharapkan organik.Â
Melihat lanskap dunia digital yang juga dipenuhi orang-orang julid, jumlah followers berarti kekuatan. Dan bisa jadi semakin tinggi jumlah followers, semakin seseorang menjadi sombong dan congkak. Merasa menjadi pusat perhatian dan diiyakan setiap postingannya, kadang merasa jadi benar sendiri dan hidup dalam echo chamber.
Mungkin juga, ada fase terkait usia dan durasi menjadi users medsos mempengaruhi keinginan memiliki banyak followers. Bagi pengguna baru medsos, godaan mendapatkan followers, dan kini views, cukup tinggi. Karena menjadi populer di kalangan teman bisa mendongkrak reputasi, terlepas usia mereka.
Semakin senior seseorang di medsos, ada kebosanan untuk mencari followers. Sedikit atau banyak followers tidak berarti apa-apa. Karena ia masih menggangap medsos sebagai media berekspresi, berkreatifitas, dan berinteraksi sewajarnya. Dua follower yang aktif membalas komentar saja sudah cukup menyenangkan.
Salam,
Wonogiri, 20 Januari 2022
12:16 am
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H