Di usia senjanya, para lansia tentu ingin mendekatkan yang jauh, seperti anak dan cucu. Aplikasi chat tidak hanya mentransfer suara seperti telepon, tapi juga video call. Media sosial semakin mempermudah lansia melihat anak dan cucu dalam keadaan sehat dan bahagia.Â
Namun, modus operandi penipuan digital mengincar kerapuhan para lansia. Gaptek tentu terjadi karena adanya pergeseran TIK yang luar biasa. Lansia masuk ke dalam generasi Baby Boomer yang terbiasa dengan perangkat analog. Mereka tergagap karena begitu cepat teknologi analog bergeser menjadi digital.
Lansia bisa percaya jika anaknya ditangkap polisi karena ada oknum yang menelepon dan mirip anaknya. Mereka juga percaya bank akan menerapkan tarif 150 ribu perbulan dan diminta klik link untuk update data pribadi. Oleh oknum berbekal foto Lurah atau Bupati di WhatsApp, para lansia juga tertipu iming-iming bantuan dana desa atau mesjid.
Support system, yaitu keluarga, orang terdekat, teman, dan caregiver menjadi kunci. Mereka adalah penjaga sekaligus teman para lansia menjelajahi dunia digital. Dan lebih penting lagi, benteng pertahanan pertama pada penipuan digital.
Tidak selamanya lansia yang dilepas begitu saja di dunia digital mampu belajar. Information obesity kadang mengaburkan mana informasi asli dan hoaks. Lansia pun bisa lengah dan jengah pada informasi yang begitu banyak dan sering diterimanya via medsos atau aplikasi chat.
Keluarga dan orang yang dikenal pun sebaiknya turut memahami modus, bahaya, dan dampak penipuan digital. Tular Nalar bisa menjadi jendela untuk belajar. Pembelajaran di Tular Nalar mudah dipahami dan diterapkan bagi para lansia. Kalau bukan keluarga dan orang yang dikenal para lansia, siapa lagi yang bisa memperkuat literasi digital mereka.
Salam,
Wonogiri, 16 Januari 2023
11:02 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H