Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Lima Faktor Pendorong Ngemis Online Makin Subur

12 Januari 2023   23:20 Diperbarui: 17 Januari 2023   09:20 1572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Give Money oleh Timur Weber (pexels.com)

Kebosanan users. Nampaknya kebosanan juga mendorong netizen semakin aktif julid di medsos. Begitupun dengan ngemis online. Baik sebagai pemberi donasi atau pengemis donasi, bisa datang dari orang berkecukupan. Tapi karena bosan, ngemis memberikan sensasi dan panggung. Sensasi dan perhatian pun mendorong siklus ketagihan adrenaline rush.

Walau dalam perspektif sosial aksi ngemis online juga menunjukkan gunung es kemiskinan di Indonesia. Kemiskinan yang didorong oleh minimnya tingkat pendidikan, akses pekerjaan, sampai erornya kebijakan ekonomi dan krisis global disampaikan dengan ngemis online. Mengemis online sebaiknya tidak lagi ditanggapi sebagai sensasi belaka oleh pejabat negara.

Tidak ada orang yang ingin mengemis. Karena adagium tangan di atas lebih baik daripada tangan dibawah, masih diingat dan diajarkan kepada orang Indonesia. Namun banyak sekali dorongan atau faktor internal dan eksternal yang terjadi pada diri seseorang.

Internet dan media sosial menyediakan jangkauan dan akses kepada donasi. Mengemis online pun menjadi cara bertahan hidup bagi banyak orang. Namun menjadi juga cara menipu netizen yang naif dan dermawan. Apalagi memang orang Indonesialah yang paling dermawan di dunia.

Salam,

Wonogiri, 12 Januari 2023

11:19 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun