Kebosanan users. Nampaknya kebosanan juga mendorong netizen semakin aktif julid di medsos. Begitupun dengan ngemis online. Baik sebagai pemberi donasi atau pengemis donasi, bisa datang dari orang berkecukupan. Tapi karena bosan, ngemis memberikan sensasi dan panggung. Sensasi dan perhatian pun mendorong siklus ketagihan adrenaline rush.
Walau dalam perspektif sosial aksi ngemis online juga menunjukkan gunung es kemiskinan di Indonesia. Kemiskinan yang didorong oleh minimnya tingkat pendidikan, akses pekerjaan, sampai erornya kebijakan ekonomi dan krisis global disampaikan dengan ngemis online. Mengemis online sebaiknya tidak lagi ditanggapi sebagai sensasi belaka oleh pejabat negara.
Tidak ada orang yang ingin mengemis. Karena adagium tangan di atas lebih baik daripada tangan dibawah, masih diingat dan diajarkan kepada orang Indonesia. Namun banyak sekali dorongan atau faktor internal dan eksternal yang terjadi pada diri seseorang.
Internet dan media sosial menyediakan jangkauan dan akses kepada donasi. Mengemis online pun menjadi cara bertahan hidup bagi banyak orang. Namun menjadi juga cara menipu netizen yang naif dan dermawan. Apalagi memang orang Indonesialah yang paling dermawan di dunia.
Salam,
Wonogiri, 12 Januari 2023
11:19 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H