Kedua, lato-lato mengembalikan komunikasi keluarga. Karena lato-lato bukan saja dimainkan anak-anak, ia menjadi medium komunikasi keluarga.Â
Sang bapak melihat di medsos berbagai kreasi video lato lato. Ibu yang lihat ibu di rumah samping juga main lato-lato. Ketika sang anak bermain lato-lato, ada tantangan sendiri untuk mencoba. Komunikasi pun terjadi.
Ketiga, lato-lato membangkitkan romansa permainan.Â
Bagi bapak ibu atau kakek nenek yang sempat bermain lato lato di masa muda atau kecil dahulu. Ketika anak atau cucu bermain lato-lato, ada nostalgia yang muncul. Yang sudah andal, jadi ajang pamer ke anak atau cucu. Yang baru mencoba, lato-lato anak atau cucu menjadi pemenuh harapan bermain mainan yang tidak sempat terbeli.
Keempat, menguntungkan penjual mainan.Â
Lonjakan permintaan lato-lato sudah barang tentu terjadi. Di tengah hype ini, para produsen dan penjual pun mengambil untung cukup lumayan. Di distributor mainan harga lato-lato mungkin tidak lebih dari 5.000 Rupiah. Tapi saat sudah sampai penjual eceran bisa mencapai 10.000-12.000 Rupiah. Selagi digandrungi, harga biasanya naik tinggi.
Kelima, memberi platform medsos jejak digital lato-lato.Â
User generated content (UGC) dari kata kunci lato-lato mungkin sudah begitu banyak. Konten dari teks, foto, dan video sudah beredar luas.Â
Meme dengan kreasi lucu-lucuan lato-lato pun menjadi hiburan tersendiri. UGC lato-lato ini jadi jejak digital abadi yang beragam dan kaya yang bisa ditemukan kembali 5 sampai 10 tahun lagi.
Jelas, beberapa insiden lato-lato cukup merugikan. Tapi semua mainan tentu akan berbahaya jika tidak dimainkan dengan cara wajar dan benar. Lato-lato jika kita mau menelaah lebih dalam, memiliki nuansa dan makna tertentu.
Salam,