Saya mengalami sendiri manfaat dari program Short Term Awards, Australia Awards Indonesia (STA-AAI). Manfaat ini saya benar rasakan baik dalam skala profesional dan personal. Saya tumbuh dan berkembang dari program STA-AAI ini.Â
Setidaknya ada ... alasan kenapa kamu juga harus mencoba mendaftar program STA-AAI ini. Namun, sebelumnya kita butuh tahu apa itu STA-AAI.
Program STA ini adalah program tahunan Australia Awards Indonesia. Tiap tahunnya, ada belasan topik yang ditujukan kepada klaster profesi, ranah akademik, dan kepakaran. Kelompok berbasis klaster topik ini akan belajar dan berbagi di host university atau institusi di Australia. Durasi STA berlangsung selama beberapa minggu hingga beberapa bulan.
Pada STA-AAI yang saya ikuti memiliki topik Digital Literacy and Democratic Resilience. Saya tidak sendiri. Mewakili Mafindo bersama mba Anita Wahid. dan 22 individu mengikuti program STA-AAI.Â
Akademisi dari UI dan UIN-Suka juga terwakili di program ini. Ada juga ASN dari instansi pemerintah seperti Kemendikbud, Kominfo, Kemenag, dan Kemenpora. Anggota Kepolisian, KSP, dan BSSN juga hadir. Dari media nasional dan lokal juga hadir seperti Kompas, MetroTV, Liputan6, Katadata, NU Online, dan Kitogalo.com. Dari NGO dan CSO juga diwakili Mafindo, APJ2I, dan CSave.
Program STA-AAI dimulai dengan sesi pre-course atau orientasi program. Beberapa pembicara nasional/internasional diundang guna menguatkan dan menyatukan visi. Pre-course juga memperkenalkan host universities, dan institusi apa saja di Australia yang akan dikunjungi.
Usai sesi pre-course, sesi short course ke host university dihelat. Kebetulan saya dan rekan-rekan mendapat short course selama 2 minggu di QUT. Lalu berkunjung ke beberapa instansi pemerintah Australia, Queensland Public Library, FirstDraft News dan Google Australia. Dalam short course ini peserta juga diminta membuat projek yang menjadi bagian profesinya.
Sesi terakhir adalah post-course. Post-course ini masih dalam rangka memperdalam fokus topik yang kita ambil. Sembari memaparkan projek yang sudah kita laksanakan beberapa bulan setelah short course dalam institusi kita sendiri.
1. Memperkuat ranah atau fokus studi lebih dalam
Walau saya belajar selama short course 2 minggu. Namun, ilmu yang saya dapat begitu banyak. Memahami literasi digital di universitas di Australia memberikan wawasan luas, terutama dalam hal referensi dan contoh implementasi.
Queensland University of Technology (QUT) yang saya datangi cukup unggul dalam hal literasi digital. Dengan akademisi dan praktisi QUT yang menjadi referensi dalam ranah literasi digital. Kami pun mendapat banyak feedback konstruktif menyoal keunggulan dan tantangan penerapan literasi digital di Indonesia.
Ya. Saya akui program STA-AAI membuka lebih banyak kesempatan kolaborasi. Bukan saja kolaborasi dan jejaring nasional. Namun juga secara internasional. Di program ini, kami banyak diperkenalkan pakar dan pegiat literasi digital yang kompeten dan berprestasi di Australia.
Saya telah melakukan riset kolaborasi bersama salah seorang profesor QUT. Kolaborasi antar peserta STA-AAI juga saya lakukan. Menulis buku bersama seorang dosen Universitas Indonesia.
Saya menjadi narsum di acara Siberkreasi Kominfo. Diundang kuliah WhatsApp digital parenting bersama Kemendikbud. Menjadi pemateri untuk relawan Solo Bersimfoni tentang cek fakta. Dan beberapa kolaborasi di masa datang.
Australia Awards Indonesia (AAI) bukan organisasi pemerintah yang baru di Indonesia. Sudah puluhan tahun menjembatani para akademisi dan profesional untuk belajar di universitas kelas dunia di Australia. Menjadi bagian dari AAI menjadi sebuah poin signifikan portofolio profesional saya pribadi.
Mendapat program STA-AAI juga membuka jejaring alumni AAI secara global. Banyak sekali alumni AAI yang menjadi penentu kebijakan dan penggerak menuju kebaikan bersama di Indonesia. Dan bukan tidak mungkin, ada tawaran atau program global lain yang bisa kita ajukan usai mendapatkan program STA-AAI.Â
4. Menghasilkan karya dan prestasi
Berkat jejaring dan kolaborasi, tentu kami harap ada karya dan prestasi yang dihasilkan. Namun membuat karya atau mencapai sebuah prestasi adalah sebuah proses. Bukan sekadar sebuah produk yang kadang muncul sekali saja.
Jejaring dan kolaborasi dari STA-AAI ini menjadi awal proses membuat karya dan prestasi. Baik untuk individu maupun pada level institusi dimana banyak rekan saya bekerja.Â
Dan saya optimis dengan grup STA-AAI yang saya ikut di dalamnya. Rekan-rekan saya ini bukan sekadar pakar dalam bidangnya. Namun juga penggerak menuju gerakan literasi digital di Indonesia yang lebih baik. Â
Secara personal, kemanfaatan ini yang juga signifikan. Bersama-sama selama 2 minggu. Lalu bertemu kembali beberapa kali tanpa memperkuat jejaring akan percuma. Dan saya yakin, jejaring ini kuat karena ikatan personal anggotanya.
Personal bukan berarti hal-hal yang negatif. Namun kedekatan antar anggota bukan hanya sebagai teman. Bahkan menjadi sebuah keluarga. Karena mau tidak mau, kelompok yang suportif dan terbuka bisa memunculkan karya dan prestasi.
Dan sejauh inilah yang saya rasakan. Saya bisa berkontribusi kepada program rekan-rekan saya. Saya pun bisa menjadi bagian dari program positif rekan saya. Dan lebih luas lagi, kolaborasi dan jejaring ini kami harap berkontribusi dalam ranah literasi digital di Indonesia.
Jadi tunggu lagi untuk mencoba mendaftar STA-AAI. Silahkan lihat pengumuman terkait topik yang dibuka aplikasinya di situs AAI.org. Beberapa aplikasi seperti program beasiswa studi master dan doktor juga mulai dibuka di awal tahun 2020 ini.
Salam,
Wonogiri, 03 Februari 2020
10:57 am
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H