Varian smartphone terus berubah. Mulai dari upgrade komponen seperti chip RAM guna menghemat daya dan mengakselerasi kinerja. Atau menambahkan jumlah kamera dan resolusinya. Juga OS yang terus di-update. Elemen pelengkap seperti fitur aplikasi, serta UX dan UI pun terus berubah.
Dalam ekosistem smartphone yang terus berevolusi. Tidak ada salahnya kita melihat tren smartphone di tahun 2020. Dan mungkin beberapa hal yang bisa kita harapkan bisa lebih ditingkatkan. Berikut beberapa tren smartphone yang akan hype di tahun 2020.
Smartphone Lipat
Melipat sebuah ponsel adalah nostalgia. Di awal tahun akhir tahun 90-an, banyak vendor teknologi berlomba menciptakan ponsel terkecil. Selain ponsel berkonsep candy bar. Muncul juga tipe clamshell atau sering kita sebut flip phone. Â
Flip phone awal dibuat oleh Motorola, dengan varian MicroTac di tahun 1989. Lalu ada Nokia Nokia 282 berlayar monochrome 282 yang dirilis 1998. Di tahun yang sama, Nokia juga merilis Communicator 9000. Sebuah ponsel besar mirip laptop yang menunjang mobilitas.
Walau ponsel PDA seperti HTC Universal dirilis tahun 2005. Namun ponsel lipat seperti Motorola Razr yang dirilis 2004 menjadi banyak pilihan konsumen. Sehingga Nokia E90 yang dirilis tahun 2007 melengkapi demam flip phone.
Namun tren ini meredup seiring iPhone dan Samsung merilis smartphone layar sentuh. Plus, smartphone kini semakin besar. Namun, tren flip phone dan variannya kembali digemakan.
Bulan lalu, Motorola merilis Moto Razr versi 2019. Smartphone ini benar-benar bisa dilipat seperti varian pendahulunya. Namun tetap dengan menggunakan layar sentuh 6,2 inci. Plusnya, ada layar 2,7 inci saat dilipat Razr dilipat.
Lalu smartphone 'lipat' lain pun akan hadir. Lebih seperti melipat 2 smartphone menjadi 1, ada Galaxy Fold dan Huawei Mate X.
Ponsel Samsung seri Galaxy yang dirilis tengah tahun 2019 ini cukup mahal, sekitar IDR 30 juta. Namun pembeli cukup antusias. Namun problem seperti layar yang 'patah' sering terjadi. Sehingga Samsung akan merilis ulang Galaxy Fold terbaru.
Sedang Huawei Mate X sudah menyematkan teknologi 5G. Namun masalahnya, dengan embargo OS Android pada smartphone membuat Huawei kelimpungan. Sehingga pada Agustus kemarin, Huawei merilis OS-nya sendiri bernama HarmonyOS.
Smartphone Berkamera MP Besar dan Banyak
Semakin banyak dan besar megapixel (MP) kamera. Semakin bagus hasil foto. Kira-kira inilah adagium yang kita pahami dengan smartphone photography saat ini. Dan mungkin kini, alasan banyak orang membeli smartphone karena besarnya MP dan jumlah kamera tersemat.
iPhone sejak lama menguasai niche smartphone dengan kamera bagus. Sejak 2011, penjualan iPhone bersaing ketat dengan Samsung dalam hal market share. Dan sejak vendor Tiongkok seperti Huawei, Oppo, vivo, Xiaomi masuk ke dalam persaingan sales smartphone di 2015. Apple dan Samsung mendapatkan rival berat.
Vendor seperti Oppo sejak awal sudah berfokus pada pengembangan kamera. Sedang Xiaomi berfokus pada performa dan keterjangkauan harga. Vendor vivo dan Huawei datang ke pasaran menggabungkan banyak keunggulan di smartphone mereka.
Di rating cnet.com tahun 2019, menempatkan Huawei P30 sebagai pilihan pertama. Situs dxomark.com yang khusus merating fotografi, Xiaomi Mi CC 9Pro memiliki kamera 108 MP dengan zoom terbaik. Walau pada rangking techradar.com, iPhone 11 dengan 3 kamera ber-MP besar menjadi pilihan.
Rumor bocoran kamera smartphone tahun 2020 terbaik telah beredar. Samsung kabarnya akan merilis varian dengan kamera 108 MP mirip varian Xiaomi. Sedang Sony akan rumornya akan merilis smartphone flagship dengan 6 kamera sekaligus di tahun 2020.
Ketika konsumen begitu dimanjakan dengan hasil foto maksimal dari smartphone. Bukan tidak mungkin, orang tetap akan menengok kamera sebelum mengganti smartphone lamanya. Dan tren ini tidak tidak akan meredup di tahun 2020 besok.
Yang Kita Benar-benar Inginkan dari Tren 2020
Nah, kini mungkin kita ajukan pertanyaan penting. Benarkah kita ingin ponsel lipat dan kamera bertumpuk resolusi tinggi? Dengan jenuhnya pasar smartphone. Dan orang-orang kini mungkin lebih malas berganti smartphone karena alasan ekonomi. Inilah yang kita inginkan.
Pertama, kapasitas daya baterai yang lebih lama. Smartphone lipat dan kamera bagus, tidak akan berguna jika smartphone kita mati. Notifikasi low-battery kini sudah menjadi ancaman orang modern.
Kapasitas daya baterai lithium-ion di smartphone sebenarnya tidak banyak berubah. Namun teknologi chipset (RAM) dan fitur hemat daya memberikan smartphone efisiensi daya untuk 'bernafas' lebih lama.
Chipset seperti Snapdragon masih menawarkan efisiensi baterai yang mumpuni. Sedang Mediatek dan Helios menyusul berurutan. Pada lini Apple, ada A13 Bionic terbaru yang terbukti cukup efisien.
Kedua, daya simpan yang lebih luas dan terjangkau.Kini banyak smartphone flagship menawarkan internal memory 128GB - 512GB. Namun seiring besarnya file foto dan aplikasi, 512GB akan mudah menyusut. Dan daya simpan ini harganya mungkin tak terjangkau kebanyakan orang.
Samsung Note 9 menawarkan eksternal memori sampai 1TB. Dengan tambahan eksternal memori ini, harga yang ditawarkan cukup fantastis yaitu IDR 23 juta. Kecuali fotografer atau gamers profesional, kapasitas sebesar ini mungkin tidak terjangkau harganya.
Kerusakan hardware yang umum terjadi seperti layar mudah pecah. Atau baterai mudah meledak dan soak. Dan body yang rentan pecah. Sedang pada sisi software banyak lagi, mulai dari problem tidak ada akses internet, sampai bluetooth yang tidak berfungsi umum ditemui.
Dan yang paling krusial adalah, persoalan update OS dan aplikasi. Smartphone Android secara umum paling cepat mendapat update OS. Celah keamanan Android pun paling rentan berbeda dengan iOS. Di bulan Juli 2019, ada 9 kerentanan siber yang segera 'ditambal' Android.
Banyak dari kita yang risih dengan OS atau aplikasi yang meminta update. Selain memakan kuota internet. Kadang proses ini mengganggu aktivitas kita dengan smartphone. Dengan smartphone keluaran lama akan pasti tidak terpakai karena tidak lagi ada update OS.
Salam,
Wonogiri, 31 Desember 2019
12:39 pm