Seru. Sebuah kata yang melekat untuk vibe anak muda. Sebagai digital natives, topik acara ini klik banget buat anak muda. Begitulah yang saya rasakan di acara Siberkreasi Class 2019 di Solo di Best Western Solo, kemarin (13/12/2019).
Sejak pagi peserta yang sudah hadir cukup banyak. Dengan antusias, mereka menanti topik dan pembicara pemaparan dan lokakarya. Sekitar 200-an peserta yang umumnya mahasiswa duduk dan menyimak pemaparan mulai dari di sesi pagi.
Acara ini pun tidak akan berjalan baik jika tanpa para panitia yang kompak. Sejak pagi koordinasi antara tim Siberkreasi dan relawan Solo Bersimfoni sudah berlangsung. Sehingga acara seminar dan workshop Siberkreasi Class 2019 berjalan lancar dan baik sampai akhir.
Para pembicara seminar yang hadir pun kompeten di bidangnya. Ada bapak Dirjen IKP Kominfo, Widodo Muktiyo. Lalu Yosi Makalu sebagai Ketum Siberkreasi. Hadir pula Romzi Ahmad, kyai muda dan cerdas dari Siberkreasi.Â
Yosi Makalu menjabarkan apa itu Siberkreasi dengan nge-rap. Ya nge-rap diiringi musik yang nge-beat. Karena kita tahu ia juga anggota P-Project, dan suka nge-rap. Dan baru kali ini saya dan peserta mungkin, yang mendengar pembukaan acara dengan nge-rap. Keren.
Bapak Widodo Muktiyo pun memulai pemaparan dengan cara tidak biasa. Dimoderasi Abi Satria, dari Kreator Nongkrong, beliau langsung nge-vlog. Menyapa peserta yang hadir pun dengan gaya anak muda. Dan beliau jabarkan dengan baik peran dan manfaat acara ini untuk anak muda yang hadir.
Romzi Ahmad, seorang kyai muda yang memiliki 3 pesantren ini sangat kekinian. Baik cara berbicara dan pembawaannya. Namun tetap cerdas dan inspiratif sebagai seorang ulama. Kepada peserta ia menjabarkan pentingnya etika dalam bersosial media.
Secara singkat, ibu Devie sebagai Humas Universitas Indonesia dan akademisi menjabarkan perundungan. Beberapa contoh orang sukses yang pernah dirundung namun bangkit. Untuk kemudian mem-branding diri menuju kesuksesan. Dan beliau akan membahas personal branding lebih jauh dalam workshop.
Dari sesi seminar, sudah banyak pertanyaan diajukan. Seperti pertanyaan tentang penyesuain konten dengan kontrak dan ciri dari sebuah brand. Sampai menyoal matinya kepakaran di era sosial media. Dimana banyak netizen yang julid dan merasa paling tahu segala.
Pada sesi workshop, ibu Devie, Ndan Masbon, dan saya sendiri menjadi pemateri. Ibu Devi berfokus banyak pada personal branding. Sedang saya membahas soal fact checking atau cek fakta.
Ndan Masbon berbagi banyak soal produksi konten. Masbon adalah Youtuber yang banyak menciptakan beragam konten positif. Dengan workshop ini ia banyak melatih, mencontohkan, dan memotivasi anak muda Solo untuk menciptakan konten yang positif dan membangun.
Fact-checking yang menjadi skill abad 21, wajib menjadi bekal kita semua. Mulai dari klarifikasi narasi, foto, video, sampai geo-location memiliki beragam tool. Semua demi membongkar sebuah hoaks. Yang kini kita ketahui dan rasakan bersama memberi ekses negatif.
Inspiratif. Adalah kata yang cocok untuk pemateri dan pemaparan dalam Siberkreasi Class 2019 di Solo. Dan semoga, akan muncul konten bermutu dan positif dari anak muda yang hadir dalam gelaran tersebut.
Karena salah satu cara paling efektif menyehatkan linimasa kita, adalah membanjiri dengan konten positif.Â
Salam,
Wonogiri, 14 Desember 2019
10:03 am
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H