Kini, dengan hiper-konektivitas sosial media informasi berupa beragam bahasa tersebar cepat dan luas. Yang mungkin awalnya beberapa orang tahu tentang produk/kata ekspletif di internet. Lalu disebarkan di linimasa pribadi untuk konsumsi publik. Yang akhirnya viral.
Lucu. Memang. Namun sekali lagi, menggembar-gemborkan perbedaan ini cukup memprihatinkan. Berita arus utama menayangkan artikel menyoal bahasa kotor dari sebuah daerah di Indonesia. Beragam tulisan opini pun dibuat. Tidak hanya 2 kata, bahkan dipampang jelas kata-kata "tabu" lain.
Janganlah karena menghamba klik. Kita lesapkan kaidah sensitifitas etika berbahasa kita. Apalagi bagi pembaca yang tidak suka akan pembahasan berlebihan kata-kata kotor diatas.
Kita tahu perbedaan bahasa di dunia itu pasti. Dan ada probabilitas kemiripan/kedekatan ortografis dan fonetis itu mungkin. Namun, mengglorifikasinya demi klik dan view. Saya pribadi rasa hal ini agak berlebihan.Â
Salam,
Wonogiri, 04 September 2019
06:06 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H