Makanan atau benda yang sering kita lihat akan dinarasikan sebagai suatu yang berbahaya. Seperti hoaks buah nanas madu yang menyebabkan ginjal. Ada juga narasi nasi yang dipanaskan lebih dari 12 di magic com bisa menyebabkan kanker. Atau mengkonsumsi coklat usai memakan mie instan dapat menyebabkan kematian.
Dari satu kasus seperti yang terjadi di Magelang, ada beberapa alasan pembuat dan/atau penyebar hoaks kesehatan adalah:
Ingin PopulerÂ
Bukan rahasia lagi kalau pemosting pertama akan mendapat popularitas di sosial media. Begitupun saya kira apa yang terjadi di Magelang. Pelaku merupakan tenaga kesehatan (nakes) yang kebetulan ada di ruangan. Dan dengan tanpa izin merekam dan membagikan via akun sosmednya.Â
Tetapi fatalnya, dengan narasi yang benar. Narasi yang dibubuhi dalam postingan nakes tersebut terkesan sok tahu. Tanpa konfirmasi diagnosis detail, si nakes mungkin merasa penyakit sang anak adalah akibat kecanduan gim.
Ingin Berbagi
Dari kasus di Magelang, kita juga melihat ada maksud nakes ingin bisa bermanfaat untuk orang lain. Dengan menuduh penyakit si anak dalam video adalah akibat kecanduan gim. Maka si nakes tidak ingin orang lain (termasuk adiknya) menjadi kecanduan gim.
Kembali, kesalahan atas kurangnya informasi (mal-informasi) akhirnya menjebak si nakes dalam hoaks. Dengan sedikit informasi soal si anak dalam video. Maksud hati ingin berbagi kekhawatiran atas kecanduan gim. Malah berimbas ketidakbaikan bagi diri orang banyak.
Ingin Klik
Pada banyak kasus hoaks, termasuk tentang kesehatan. Motif ekonomi menjadi alasan penyebaran hoaks. Semakin banyak narasi sebuah narasi hoaks diklik dan disebarkan. Semakin tinggi pundi-pundi uang yang didapat karena situs yang dituju biasanya memiliki iklan.Â
Namun yang sedikit membedakan pada hoaks kesehatan. Ada fitnah yang dibuat, seperti kasus kandungan aspartame pada minuman bersoda. Atau narasi hoaks keganasan suatu penyakit diberikan solusi dengan obat non-medis yang ditawarkan pada akhir narasi.
Tidak ada dari kita yang ingin sakit. Namun tidak sedikit juga yang terhasut dan terjebak dalam narasi hoaks isu kesehatan. Ada kepercayaan kita atas nama dokter, profesor, atau peneliti dalam sebuah narasi hoaks isu kesehatan. Belum menjadi jaminan sakit atau resiko penyakit bisa dicegah.
Sebelum semuanya dikonfirmasi dan divalidasi otoritas kesehatan. Ada baiknya kita wajib waspada dan urung menyebar hoaks terkait isu kesehatan.