Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rasisme Daring = Scala Naturae + Media Sosial

20 Agustus 2019   20:47 Diperbarui: 20 April 2022   23:44 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Scala Naturae dalam Didacus Valades 1579, Rhetorica Christiana - Ilustrasi: wikipedia.com

Forum diskusi seperti 4chan dalam sub-forum /pol menjadi 'rumah singgah' penganut white supremacist dan anti-semitic. Laporan rollingstone.com dan Ceros mendapati tahun 2012 sebagai awal perubahan prinsip sub-forum menjadi sangat konservatif. Dengan eskalasi N-word (nigger untuk orang kulit hitam di US) meningkat dari 25 ribu kali di 2015 sampai mendekati 125 kali di 2018.

Setelah 4chan mendapat banyak sorotan media. Gerakan rasisme dengan melabeli diri sebagai neo-Nazi malah bergeliat di forum 8chan. Konsekuensinya, otoritas Selandia Baru mengungkap 8chan mempelopori propaganda penembakan Christchurch dan El Paso Texas. 

Sedang investigasi bellingcat.com pada sub forum 8chan yaitu /pol mendapati hasil menakutkan. Manifesto penembak jamaah masjid di Christchurch Selandia baru menginsinuasi penembakan di sinagog di Poway California. Pelaku penembak sudah berinteraksi lama dan aktif dalam forum neo-Nazi di 8chan.

Orang kulit hitam kabarnya menyerang orang kulit putih saat perilisan film Black Panther 2018 lalu. Setelahnya, muncul rumor gerakan anarkis balasan dari orang kulit putih pada orang kulit hitam di beberapa bioskop di US.

The Guardian merilis survey Opininium soal rasisme usai Brexit di Inggris pada bulan Mei 2019. Hasilnya cukup menggelisahkan. Peningkatan diskriminasi di 2016 (pra-Brexit, 64%) baik signifikan di 2019 (post-Brexit, 76%). Data ini sejalan dengan laporan kasus kejahatan terkait rasisme di Inggris yang meningkat 2 kali lipat sejak 2013. Laporan di UK dan Wales di 2019 menjadi 71 ribu lebih.

Survey dari 1.006 responden minoritas ini, juga mengungkap jumlah postingan bernada rasisme meningkat  dari 37% di tahun 2013. Kini menjadi 51% di tahun 2019. Dengan prevalensi laporan users terhadap postingan rasisme meningkat 50%.

Glorifikasi bisa konfirmasi (confirmation bias) menjadi penyebab suburnya rasisme di sosmed. Bias konfirmasi ini merupakan konsep dimana seseorang akan lebih memilih dan meyakini apa yang sudah ia pilih dan yakini sebelumnya. Alsaad, Taamneh, dan Al-Jedaiah (2011) mendapati bisa konfirmasi ini didukung oleh limpahan arus informasi, preferensi selektif users, dan konten bias. 

Mayoritas Pemarah dan Minoritas Termarjinalkan di Linimasa

Setidaknya, ada dua sentimen rasisme di Indonesia yang masih sering terjadi. Yaitu sentimen terhadap etnis Tionghoa dan orang Papua. Tirto.id merangkum sejak abad 17 di masa pemerintah Belanda. Sampai pada abad ke 20 pada era Orba di Kalimantan Barat. Banyak peristiwa berdarah atas dasar sentimen etnis Tionghoa sudah terjadi.  

Konon, pengistimewaan etnis Tionghoa oleh VOC membuat iri saudagar lokal waktu itu. Geger Pecinan (1740) menjadi bukti nyata kebencian berbasis etnis. Pengeksklusifan etnis Tionghoa pada era Soeharto juga terjadi. Dampaknya, rasisme berbasis etnis seolah diwariskan setiap generasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun