Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perihal "Tukang Minyak" di Grup WhatsApp

22 Juli 2019   22:11 Diperbarui: 23 Juli 2019   16:22 1203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun di sisi lain, tukang nyimak mendapat banyak mudarat. Saat vokalis membagi informasi hoaks, ujaran kebencian, sampai penipuan. Tukang nyimak (lebih dari 75%) tersesat dalam informasi vokalis dan simpatisannya, tim hore.

Beberapa tukang nyimak bisa turut serta menyebarkan hoaks. Apalagi jika informasi bodong yang disebar terkait SARA, kesehatan, kebencanaan, sampai tentang keluarga. Isu-isu ini dianggap personal dan penting diketahui grup chat lain. Walau sejatinya informasi tersebut hoaks.

Ujaran kebencian bisa menggejala dan meracuni grup chat. Saat vokalis ditentang silent observer karena informasi hoaks yang ternyata disebar. Tim hore yang mendukung dan simpati pada vokalis serentak mem-bully si silent observer tadi.

Checkmate oleh Stevepb - Foto: pixabay.com
Checkmate oleh Stevepb - Foto: pixabay.com
Perdebatan atas informasi ini bisa terjadi begitu sengit. Jika salah satu tukang nyimak turut membela kebenaran informasi. Namun tim hore bisa saja menggunakan argumentasi ad-hominem (menjatuhkan citra) atau red herring (mencari distraksi isu lain).

Mayoritas tukang nyimak pun terombang-ambing dalam perdebatan. Ada yang merasa antipati dan sesegera left group. Ada yang tidak peduli dan tetap tinggal lalu memilih menjadi tukang mute grup tersebut (selama-lamanya).

Dari para tukang nyimak yang bersimpati pada kebohongan sang vokalis dan tim hore, mudarat pun tersebar. Mulai dari hoaks yang membuat resah masyarakat seperti kabar penculik anak. Sampai perpecahan kongsi pertemanan, persaudaraan, sampai keluarga.

Saya yakin, tukang nyimak ini bukan orang yang awalnya tak mudah percaya. Namun karena pengaruh vokalis dan tim hore, mereka hanyut dalam propaganda inklandestin.

Ada baiknya, para tukang nyimak jangan segera angkat kaki dari grup. Karena jika silent reader dan observer ini hilang dari grup. Sang vokalis dan tim hore kian merajalela dengan penyebaran mudarat yang kadang tidak disadari. Apalagi saat echo chamber menguasai fikiran. Akibat pengaruh filter bubble dari sosmed dan grup lain para vokalis.

Konsultasikan masalahnya dengan para admin (10%) dengan japri. Tunjukkan data dan fakta. Buktikan kalau vokalis dan tim hore salah dengan informasi hoaks atau ujaran kebenciannya. Yakinkan admin, kalau informasi dari sang vokalis akan berbahaya dan tak bermanfaat.

Admin secara personal (japri) baiknya menegur kesalahan para vokalis. Dengan mengingatkan lain kali agar tidak melakukan hal yang sama. Karena yang terjadi adalah tukang nyimak yang dirugikan. Mudaratnya bisa lebih luas lagi, jika tim hore juga menyebar informasi buruk vokalis.

Salam,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun