Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Kelelahan, Aspek yang Lupa Dipikirkan KPU pada Pemilu 2019

27 April 2019   10:07 Diperbarui: 28 April 2019   12:51 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di beberapa TPS, keberatan (baca: intimidasi) saksi dan warga saat proses penghitungan juga membuat stres. Belum lagi saat mengetahui surat suara rusak atau tertukar dari daerah lain. Salah penghitungan pada salah satu kotak atau input rekapan yang juga amburadul.

Membayangkan eror tadi saja cukup memusingkan dan memakan waktu dan tenaga. Apalagi jika ditetapkan ada PSU (Pemungutan Suara Ulang) pada sebuah TPS. 

Yang mungkin juga mengecewakan petugas KPPS yang bersumbangsih pada stres dan kelelahan juga pada honorarium yang tidak sepadan. Baik jika diukur dari parameter waktu, tenaga, dan kerumitan.

Walau menjadi petugas KPPS adalah tugas negara dan mungkin menjadi kebanggaan bagi sebagian orang. Jumlah honor yang diterima mungkin bagi beberapa petugas KPPS bisa membuat terenyuh. 

Ikhlas mungkin jadi jawaban beberapa petugas KPPS usai menerima honor. Namun bisa jadi, bagi mereka yang sudah memeras keringat menyelesaikan tugas lebih dari 12/24 jam. Honor yang diterima malah membuat beban stres.

Terakhir, saya mengucapkan belasungkawa bagi rekan KPPS yang gugur usai menjalankan tugasnya. Saya yakin, mereka akan dikenang baik oleh sejarah pemilu negeri ini.

Salam,

Solo, 27 April 2019
10:08 am

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun