Hormat terdalam dan doa tertulus bagi para pahlawan demokrasi yang sepenuh hati mengabdi dalam mengawal proses demokrasi di seluruh Indonesia. Pengorbanan mereka merupakan tonggak demokrasi bangsa.#Pemilu2019#BawasluBerduka#Bawaslu pic.twitter.com/XpR79YMxE9--- Bawaslu RI (@bawaslu_RI) April 21, 2019
Alokasi anggaran sebesar 25 triliun dari pemerintah nyatanya dampaknya tidak terukur. Terutama dalam hal alokasi tenaga dan waktu teknis penghitungan dan penyelesaian beragam form. Ditambah jumlah TPS yang begitu masif mencapai 800 ribu lebih.
Dari pengalaman pribadi saya sebagai ketua KPPS di lingkungan RW. Tim KPPS kami menghabiskan hampir 24 jam menyelesaikan semua proses teknis yang ada. Sebab yang utama menurut saya adalah minimnya penjabaran bimbingan teknis (Bintek) soal Pemilu 5 kotak yang akan dilaksanakan.
Pun banyak yang menyayangkan honorarium petugas TPS yang tidak sepadan jika dilihat dari kinerjanya. Walau menjadi petugas TPS dianggap pula sebagai tugas negara. Namun melihat rumit dan banyaknya tugas yang dilaksanakan. Perlu ada evaluasi holistik menyoal teknis Pemilu yang baru saja terlaksana.Â
Kelelahan fisik ini pun masih urung hilang karena ribut-ribut soal eror input hasil penghitungan C1. Banyak pihak yang melihat terjadi kecurangan input dari beberapa pihak merugikan salah satu pasangan Capres.Â
Walau kesalahan input digital ini masih bisa diperbaiki. Dan yang terutama masih menunggu proses real count KPU 22 Mei mendatang. Namun banyak pihak yang malah mensengkarut pengawalan proses real count dengan mengunggah form C1 palsu.
Proses crowdsource seperti yang dilakukan KawalPemilu2019.org menemukan penggelembungan suara untuk Capres 02. Hasil foto atau scan C1 yang dipalsukan berbeda dengan input pada situs KPU. Namun ada saja yang mengklaim hasil uploadnya asli dan input pada situs KPU-lah yang salah.
Ditambah pihak-pihak lain yang menyisihkan waktu dan tenaga di situs pengawas real count KPU. Seperti situs crowdsource lain yaitu roemahdjoeang,org, jurdil2019.org, ayojagatps.com, dan pantau.kawalpilpres2019.id.Â
Baik media, organisasi relawan dan netizen memantau dan mengawasi proses real count. Ribuan pasang mata dan hati terfokus pada upload C1 dan angka-angka pada setiap situs. Betapa melelahkan. Â Â
Sehingga pada akhirnya, apakah semua rasa lelah ini setimpal dengan hasilnya 5 tahun ke depan? Apakah tetap terjadi polarisasi politik ekstrim di sosial media Indonesia? Apakah masih ada ujaran kebencian dan hoaks yang menghiasi linimasa dan grup chat kita?
Jika hal-hal ini terus ada dan menginsinuasi perpecahan. Maka bisa dipastikan kelelahan bangsa Indonesia karena Pemilu sia-sia belaka.Â