Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Dampak Hoaks pada "April Mop"

30 Maret 2019   09:01 Diperbarui: 1 April 2021   06:38 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebenaran, kejujuran, dan fakta kini menjadi barang mahal dan sulit ditemui di dunia maya. Informasi bohong atau misinformasi kini hampir setiap hari kita temui.

Ada gegap gempita dan eros yang terlibat saat hoaks politik kita ketahui. Jika hoaks tersebut dirasa menjatuhkan kubu lawan. Seolah-olah ada erotisme yang menggugah kebahagiaan. Terlintas pun rasa 'kemenangan' atas kubu lawan.

Namun tak jarang kabar politik tadi adalah rekayasa. Fabrikasi dan refabrikasi informasi palsu dan/atau setengah asli.

Dengan informasi lain kita pun sering dikibuli. Seperti belum lama soal kabar kibul hari kiamat di daerah kecil di Jawa Timur. Beberapa desa dengan ratusan KK akhirnya mengungsi ke daerah yang tidak kiamat. Sejak kapan kiamat ditakdirkan terjadi di satu daerah?

Bagi penikmat dan pembaca berita macam hoaks di atas. Kita mungkin tertawa. Kita bertanya. Kita pun kemudian merasa acuh.

Sedang bagi para pengungsi kiamat 'kecil' di atas. Kebenaran sudah diinternalisasi. Dianggap dan dipatuhi sebagai kebenaran hakiki. Karena toh pada akhirnya mereka mengungsi dan panik akan berita kiamat tersebut.

Lalu apa relasi kabar hoaks dengan April Mop pada awal April nanti? Sebuah kebiasaan yang mungkin bagi beberapa dari kita sering lakukan. Mengerjai teman atau saudara di tanggal 1 April menjadi pereda rasa kecewa atau marah orang yang dikerjai. 

Setidaknya April Fools Day yang sudah lama kita kenal akan tergerus esensinya dengan tsunami hoaks yang kita hadapi.

Pertama, prank atau mengerjai orang di April Mop tak lagi menarik. Karena mungkin hampir setiap hari kita dikerjai informasi bohong. Mulai dari akun sosmed palsu sampai portal berita abal-abal kini bisa mengabarkan kebohongan.

Kedua, prank di April Fool Day sama seperti hari-hari biasanya. Bagi orang yang setiap hari menjadikan gawai sebagai sahabat. Dan sosial media sebagai tempat curhat. Tidak ada yang istimewa dengan April Mop atau Fool Day.

Ketiga, niat dan aktivitas prank pun akan lebih mudah diketahui. Hoaks setidaknya membuat kita kian waspada dan melek pada informasi. Bagi beberapa orang, mereka menjadi hiper-skeptis. Tidak mudah percaya atau bahkan tidak lagi percaya informasi yang diterima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun