Sedang, infografis Tirto.id walau dihapus. Dapat di-screen capture oleh banyak netizen. Apalagi di saat Tirto.id mengunggah konten tersebut bertepatan dengan Debat Cawapres yang sedang berlangsung.Â
Konten apapun ketika sudah diunggah ke daring. Maka akan berbentuk data digital footprint. Baik konten aksi brutal Brenton atau infografis Tirto.id. tidak akan bisa di-revoke atau dibatasi lagi aksesnya oleh pengunggah.Â
Digital footprint akan tetap sifatnya publik. Apalagi ketika mediumnya adalah sosial media. Jejak ini bersifat active karena dengan sukarela kita mengunggah identitas dengan foto dan video yang ditandai dengan lokasi (geo tagging). Â
Video aksi penembakan Christchurch beredar tidak hanya di platform sosmed. Karena faktanya, unduhan video aksi brutal Brenton beredar juga di aplikasi seperti WhatsApp dan Telegram. Video tersebut pun akan terus ada jika sudah ditransfer ke hard drive seperti di PC atau Flash drive.
Sedang tweet Tirto.id masih bisa di-retrace via web cache Google. Walaupun juga kemungkinan 50-50 tweet infografis Tirto.id tersimpan di web archive. Namun yang paling jelas, infografis tersebut sudah ada di tangkapan layar netizen Indonesia yang kritis.
Maka, ada baiknya kita kini benar-benar bijak mengunggah apapun di sosmed. Begitupun juga dengan pola dan etiket kita dalam berinteraksi. Intinya, apapun yang kita unggah online tidak bisa kita tutupi aksesnya dan sebarannya.
Dan yang terpenting, batasi dan laporkan konten negatif di sosial media. Baik dilaporkan langsung ke pembuat platform seperti Facebook atau Twitter. Ataupun ke pihak berwenang yang juga memonitor dunia siber.
Salam,
Solo, 18 Maret 2019 |Â 07:50 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H