Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Awan Mendung Intoleransi di Perayaan Imlek Kota Solo

2 Februari 2019   13:52 Diperbarui: 2 Februari 2019   14:03 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perayaan Imlek 2019 di Solo saat ini berkalang mendung intoleransi. Indikasi kelompok intoleran mencoba menyulut polemik begitu kentara. Dan jika kita mundur beberapa waktu ke belakang. Ada runtutan benang merah untuk menyulut konflik intoleransi di Solo. 

Di awal tahun 2019, muncul peristiwa kerusuhan Lapas Solo bernuansa keagamaan. Kemudian, kesan kampanye politik pada Tabligh Akbar PA 212 di Gladag yang begitu kentara. Juga ada demo menuntut penghapusan ornamen jalan 'bersimbol salib' di depan kantor Walkot Solo.

Dan kini, ikon Imlek Solo yaitu deretan lampion di Pasar Gede dituding berpotensi menyulut polemik masyarakat. Entah mengapa hal ini tidak menjadi masalah tahun lalu? Atau mengapa deretan lampion ini tidak menjadi polemik sejak tahun 2015 atau 2016 lalu?

Jika lampion Imlek Pasar Gede mau dipermasalahkan sejak 2015 misalnya. Sudah barang tentu setiap tahunnya ada demo berjilid-jilid. Atau jika memang 'masuk akal dan ranah hukum' aksi penolakannya. Tidak akan ada lagi deretan lampion ini di Pasar Gede saat ini.

Ada saja cara dan upaya kelompok intoleran membuat gaduh kota Solo. Mungkinkah ada sangkut paut gelaran Pilpres 2019 yang begitu kental dengan saling lempar isu SARA. Sampai-sampai, akal sehat dan nurani untuk melihat lampion tidak dipergunakan. 

Lampion Pasar Gede menjelang Imlek tahunan di Solo ini adalah bentuk nyata toleransi warga Solo. Sekaligus juga sebagai event atraksi pariwisata khas kota Solo. Mengapa bisa terselip akal bulus lampion Imlek Pasar Gede ini akan menuai polemik?

Jika difikir lebih dalam. Apakah mereka yang berswafoto dengan latar deretan lampion hanya boleh berasal dari etnis tertentu saja? Atau jika berfoto dengan terang lampion maka akan otomatis ikut meyakini keyakinan etnis tertentu?

Hanya kelompok tertentu saja di kota Solo yang ber-su'uzon. Bahwa lampion akan menimbulkan berpolemik. Dan kelompok ini pun masih itu-itu saja. Mereka yang bergerak di Aksi PA 212 Gladag. Dan mereka juga berdemo di depan kantor Walkot menuntut segera menghapus simbol salib di jalan. 

Sedang mayoritas warga Solo adem ayem saja. Namun, melihat kegaduhan yang kelompok ini terus perbuat. Warga Solo dan semua elemen masyarakat tetap waspada. Tidak ada warga kota manapun yang ingin daerahnya rusuh atau gaduh. 

Dan banyak warga Solo siap bergerak dan pasang betis menjaga keteduhan kota Solo kapanpun. 

Namun, kegaduhan dan polemik yang muncul ada di sosmed. Mau tak mau, menjadi sorotan media arus utama. Apalagi portal berita yang cenderung inkredibel. Karena isu intoleransi bagi media adalah berita human interest yang juga newsworthy.

Namun bisa saya pastikan, Solo tetap aman dan nyaman jelang Imlek 2019. Aksi damai tandingan untuk menghadang intoleransi juga akan digelar. Sudah barang tentu dengan niat yang tulus, kebersamaan, dan menggunakan nurani dan akal sehat.

Semoga awan mendung intoleransi saat Imlek kota Solo nanti segera hilang. Karena mendung tidak selamanya akan turun hujan.

Salam,

Solo, 02 Februari 2019

01:51 pm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun