Namun bisa kita anggap bahwa nuansa 'bergolput' sungguh kental. Wawancara di TV dan berita tentang gerakan Golput yang kerap muncul. Perdebatan netizen yang juga tak pernah lelah mengulik 'pro-kontra' Golput. Setidaknya akan menggelorakan rasa jenuh.
Saat di lain sisi, berita bohong juga menginsinuasi Golput. Maka perdebatan dan glorifikasi Golput menjadi gerakan 'kewarasan'. Bisa jadi menggaet pengikut yang lebih banyak. Semakin besar kelompok. Semakin besar keyakin dan rasa percaya diri atas pilihan Golput.
Tentunya monolog dan dialog para 'Golputers' tak lepas dari pilihan ini adalah benar. Karena merasa tidak ada calon dari Pilpres atau Pileg yang dianggap ideal. Atau karena hoaks Pilpres membuat mereka jengah dan muak. Dua hal ini seolah menguatkan keyakinan Golput mereka.
Semakin Golputers disudutkan atas pilihan mereka. Semakin akan ada perlawanan. Dan di dalam lubuk hati mereka tercipta sebuah keyakinan bahwa Golput adalah kebenaran.
Dan sekali lagi, sayangnya isu gerakan Golput ini dibuat bancakan. Baik via media arus utama atau sosial media. Propagandis Golput bebas menyuarakan aspirasi mereka. Publik yang masih awam dan gamang dalam Pemilu bisa saja terjebak premis yang mereka buat.
Salam,
Solo, 30 Januari 2018 |Â 09:37 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H