Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hoaks yang Menginsinuasi Golput

21 Januari 2019   14:03 Diperbarui: 21 Januari 2019   14:55 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin Pilgub Jateng bisa dijadikan contoh. Walau dasar faktual empiris masih butuh riset lebih lanjut. Hasilnya menyimpulkan suara abstain berbeda tipis dengan hasil total suara pasangan terpilih. Dari 27 juta lebih pemilih, hanya 18 juta pemilih yang memberikan hak pilihnya. Ganjar-Yasin mendapat 10 juta lebih suara. Berbeda tipis dengan 9 juta lebih pemilih yang memilih abstain. 

Walau angka 9 juta sudah barang tentu memiliki beragam kendala teknis untuk memilih saat Pilgub. Namun bisa dikatakan, mungkin ada banyak yang terinsinuasi berita hoaks pada Pilgub Jateng 2018 lalu.

Walau contoh insinuasi hoaks pada Pilgub Jateng 2018 diatas dapat dikatakan 'intangible'. Alias tidak masuk akal. Namun, apakah bisa dipastikan memilih di Pemilu menggunakan akal atau logika? 

Bagaimana jika memilih di Pemilu berdasar instrumen identitas seperti agama, ideologi, suku atau etnis. Atau instrumen finasial seperti uang, proyek, atau gratifikasi lain. Bahkan berdasar pragmatisme seperti ikatan keluarga, karena kenal, atau penampilan.

Namun di lapangan, insinuasi hoaks pada golput bisa kita rasa. Banyak keluarga, saudara atau teman yang bosan dan muak pada hoaks Pemilu. Lalu diam-diam memilih golput. Walau, mereka terlihat netral atau cenderung tak berkomentar banyak tentang Pemilu di linimasa.

Insinuasi gelombang golput ini memang tidak selalu disampaikan tersirat. Namun metode propaganda Frustration, Uncertainty and Doubt (FUD) yang ada mendorong secara klandestin mindset banyak orang untuk golput. 

Salam,

Solo, 21 Januari 2019

02:03 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun