Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menebak Keributan Linimasa Debat Capres Perdana

16 Januari 2019   17:55 Diperbarui: 16 Januari 2019   20:50 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepertinya adagium netizen memang haus keributan tak pernah usai. Pilpres 2019 ramai dengan drama adu tagar, nyinyir, sampai viralnya hoaks. Dan debat perdana tanggal 17/01/2019 nanti menjadi tolok ukur drama linimasa. Kubu manakah yang dianggap 'menang' dengan isu yang dimunculkan.

Karena drama linimasa itu unik. Tak jarang keributan Capres linimasa dapat bisa diliput ke media mainstream. Awal mula kasus hoaks Ratna Sarumpaet dikicaukan beberapa tokoh politik kubu 02. Setelah ramai di Twitter, baru media arus utama menjadikan hoaks RS 'newsworthy'.

Sedang kasus yang tidak diliput menjadi berita televisi pun ada. Contohnya kemarin, saat terjadi perdebatan Prabowo yang memakai teleprompter untuk orasinya. Seorang netizen melihat ada teleprompter yang digunakan. Namun pendukung kubu 02 tetap keukeuh menganggap Prabowo berpidato tanpa teks. 

Karena keunikan linimasa yang bebas diakses, real-time dan postingan kita bersifat publik. Baik pendukung 01 atau 02 bisa saling bersahutan secara langsung. Berbeda dengan blog, wawancara, atau berita koran yang cenderung lama dan komprehensif.

Saya pribadi bisa mereka-reka beberapa drama sosial media saat terjadi debat perdana nanti. Karena biasanya bahasan keributan netizen mulai dari yang serius sampai sepele.

Pertama, menyoal pakaian yang dikenakan kedua pasangan Capres-Cawapres. Isu berpakaian yang berbeda ini sudah lama dimaknai beragam oleh pendukung. Dan di saat debat perdana nanti, karena berpakaian menjadi kesan pertama visual. Netizen akan menyorot apa yang dipakai kubu o1 atau 02.

Kedua, konten debat baik dari Capres atau Cawapres kedua kubu. Banyak pendukung akan menjadi pendengar sekaligus pemikir atentif saat debat perdana. Dramanya akan dimulai jika sudah menyangkut data, data dan data. 

Ketiga, menyoal durasi debat tiap pasangan Capres-Cawapres. Capres/Cawapres yang berhenti sebelum durasi waktu akan dianggap cemen. Sedang pasangan yang berbicara melebihi durasi akan dicap bertele-tele. Pun MC akan dituding tak netral bila ada pasangan yang dibolehkan berbicara lebih lama.

Keempat, gesture dan mimik dari kedua pasangan Capres-Cawapres. Meme lucu, nyleneh, dan tak jarang sarkas akan segera menghiasi linimasa. Tiap meme ini akan mendapat respon berbeda dari pendukung kedua kubu. Ada yang tertawa, sedih, atau malah marah-marah. 

Kelima, intonasi dan volume suara masing-masing Capres-Cawapres. Pasangan yang bersuara keras dan lantang akan dianggap 'menang' oleh pendukung. Karena orasi dalam beberapa menit saja begitu bergelora. Sedang urusan konten dan pesan orasinya bisa jadi urusan belakangan.

Debate - Ilustrasi: courant.com
Debate - Ilustrasi: courant.com
Keenam, panelis yang dianggap tidak netral. Namanya netizen yang maha benar dan cerdas. Saat merasa debat perdana pasangan Capres-Cawapresnya kalah. Maka akan ada perdebatan menyoal panelis yang dianggap pro kubu ini atau itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun