Entah siapa yang mendalangi fabrikasi hoaks surat suara ini. Untuk lalu diinisiasi menjadi narasi yang begitu provokatif. Dan kemudian didiseminasi ke linimasa atau grup chat. Namun yang pasti, kabar bohong ini bisa jadi ditujukan dan disebarkan dalam lingkar pendukungnya pertama kali.Â
Saat unsur dan momentum FUD dalam inner circle pendukung didapat. Tak ayal, para simpatisan atau bahkan swing voter yang menyebarkan hoaks ini ke luar lingkar pendukung. Mungkin pola seperti ini yang pernah saya ulas secara implisit pada berita hoaks Ratna Sarumpaet dulu.Â
FUD secara masif dan terstruktur pun menyebar ke publik dan media arus utama. Dan tak jarang dilakukan berulang dan dalam runtutan frekuensi tertentu. Pola yang terlihat adalah Firehose of Falsehood (FoF) atau corong kebohongan. Publik dibuat takut, was-was dan bingung akan fakta informasi yang ada. Karena setiap pihak mengaku kebenaran adalah milik mereka.
Propaganda FUD yang berulang, masif, sistematis ini konon memenangkan Trump di US dan Bolsonaro di Brazil. Duterte pun kabarnya masih memfasilitasi FUD guna merepresi para aktifis dan komunitas yang vokal pada pemerintah. Sedang juncta militer Myanmar telah berhasil memobilisasi publik dengan sentimen rasis dengan insinuasi FUD di dalamnya.
Dan kini kita tinggal menalar bersama. Apakah propaganda FUD yang melahirkan pola FoF sedang terjadi di Indonesia?
Salam,
Solo, 03 Januari 2018
10:58 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H