Konten berupa blog, gambar atau video bisa dengan sengaja dibuat dan di-share via sosmed. Seperti kasus produsen Vivo yang bagi-bagi smartphone gratis dengan me-like fanspage palsu. Konten provokatif dengan muatan politis dan etnis pun pernah terjadi. Seperti kabar bohong ditemukannya WN Tiongkok yang membuat banyak KTP palsu. Dan ujung-ujungnya diminta untuk mendukung salah satu Capres di Pemilu 2019.Â
Cepat dan masifnya peredaran berita fabrikasi seperti ini kian membuat kita khawatir. Tabloid Obor Rakyat yang dulu sempat membuat publik resah ternyata telah diakui oleh La Nyalla. Ia adalah tokoh dibalik kampanye pemenangan salah satu Capres di tahun 2014.Â
Jika di dunia nyata saja persebaran Obor Rakyat begitu sistematis, terselebung, dan masif. Maka konten fabrikasi ini mungkin lebih berbahaya karena informasi langsung sampai ke smarpthone pribadi secara real-time.
Kenali dan Setop Persebarannya Sejak Dini
Menurut Ireton dan Posseti (2018) setidaknya kita bisa mengenali konten fabrikasi ini dari 3 elemen; agent (perantara), message (pesan), dan . interpreter (publik). Dari ketiga elemen ini kita akan bisa mengenali konten fabrikasi sejak awal. Dan barang tentu, menghentikan persebaran konten propaganda ini sejak dini.
Sehingga, kita pun ada baiknya Saring Sebelum Sharing. Jangan sampai kacamata ideologis politis dan buaian kata gratis mengaburkan akal sehat kita dalam bersosial media.
Jenis misinformasi sebelumnya Satir atau Parodi, Clickbait, Konten Mengelabui,Â
Salam,
Solo, 13 Desember 2018