Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Mari Memahami Sisi Positif "Filter Bubble"

1 Desember 2018   18:58 Diperbarui: 1 Desember 2018   20:15 1932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peroonlijke zoeresltaten - Ilustrasi: mediawijsheid.nl.jpeg

Platform sosmed seperti Facebook konon tahu waktu di mana kita merasa bosan atau senggang. Sehingga tak heran notifikasi kadang muncul di waktu tertentu. Kita mungkin tidak kita sadari. Tapi algoritma Facebook telah mencatat dan menghitung semua gerak-gerik kita di dunia maya. 

Notifikasi sosmed yang seolah tidak kita sadari muncul dan kita buka. Ternyata adalah cara filter bubble tetap terkoneksi dan berinteraksi di dunia digital. Dengan begitu rekomendasi sepatu baru, tempat makan, atau produk/jasa yang kita ingin dulu bisa kita ingat.  

Walau kini algoritma seperti filter bubble ini menjadi bumerang dengan efeknya yang signifikan saat ini. Seperti menginisiasi polarisasi politik, memberi ilusi kepopuleran, sampai memicu konflik horizontal tidak bisa dihindarkan.

Tinggal bagaimana kita sebagai pengguna sadar dan bijak saat terkoneksi dan berinteraksi di dunia digital.

Salam,
Solo, 01 Desember 2018
06:58 pm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun