Through their flop accounts, teenagers are redefining what news is to them, combining satire, trolling, and social media to debate serious social and political issues -- especially ones that are closest to them personally. stayhipp.com
Melalui akun flop mereka. Para remaja mendefinisikan ulang informasi, menggabungkan satire, nyinyiran, dan sosmed untuk mendiskusikan isu politik dan sosial. Terutama isu yang menjadi bagian dari diri mereka.
Akun flop menjadi fenomena yang trend di US, terutama di kalangan anak muda. Akun flop ini menjadi alternatif remaja/Milenials menyuarakan aspirasi politik dan sosial via sosmed. Namun dengan cara mereka sendiri seperti satire atau troll (nyinyir).
Menurut admin akun @nonstopflops, akun flop menyuguhkan keburukan seseorang atau suatu hal agar kita sadar. Dan biasanya akan diposting dengan cara nyinyir atau sekadar hiburan. Dan admi ini baru berusia 13 tahun bernama, Alma.
Dipetik dari theatlantic.com, akun flop di Instagram menjadi the last resort dari laman diskusi atau platform sosmed lain. Dengan lebih dari 500 juta pengguna, Instagram dirasa cukup efektif mengkritisi isu kritis bahkan sensitif.
Akun-akun flop biasanya akan di-admini beberapa orang. Dengan inisial mereka di setiap post. Cara pandang mereka pada satu isu bisa saja berbeda. Sebagai penanda bahwa sebuah akun adalah akun flop. Umumnya nama profile akun akan diberikan kata 'flop'.
Hal ini untuk membedakan akun milik admin asli dengan akun flop mereka. Tak jarang, beberapa admin memilih mendebatkan satu isu via akun flop-nya daripada akun asli.
Dengan maraknya bot atau akun palsu di beragam platform sosmed. Akun flop mungkin menjadi sebuah fenomena spesial. Walau sebenarnya di Instagram sendiri sudah ada akun spam dan finstas. Akun flop mencirikan diri mereka dalam berargumen ala anak muda jaman now.
Walau tentu ada pro-kontra dibalik trend flop akun di Instagram ini. Seperti contohnya polarisasi politik di US. Akun-akun flop pun memiliki cara pandang berbeda pada politik di US. Bahkan beberapa admin dalam satu akun flop yang berbeda pandang pun kadang saling berseteru.
Beberapa akun flop ada yang begitu liberal, relijius, bahkan konservatif. Jadi saat disuguhkan perspektif berebeda pada sebuah posting. Followers bisa segera menurun dalam sekejap.
Hal ini mungkin menjadi salah satu efek echo chamber. Dimana perspektif yang serupa harus minim distorsi. Akun-akun yang ada harus bersuara sama dan tanpa argumen yang dianggap wajar.Â
Di Indonesia, akun Instagram @indonesianflop menyuguhkan perspektif politik dan sosbud. Akun ini tergolong baru. Karena belum banyak post atau followers. Mungkin netizen Indonesia secara masih betah di Facebook/Twitter untuk beropini politik.
Jadi para IGers, apakah tertarik dengan akun flop?
Salam,
Solo, 13 November 2018
02:19 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H