Atau mungkin kita sudah merumahkan fikiran dan hati kita ke dalam jagad maya?
Dari contoh-contoh aktifitas di rumah 'orang modern' di atas. Apa masih eksistensi manusia itu lekat dengan rumah tempatnya tinggal?
Sedang fikiran kita sering begitu terpaut pada linimasa sosial media dan grup chat. Seperti dopamin, reward berupa like, komen, reply, RT, dsb menjadi candu.
Like dari Facebook pada foto sang anak tadi siang tak habis dipandangi semalaman oleh si ibu. Heart di Instagram tentang tips membuat kue cubit terus ditunggu sang kakak saat sedang makan malam bersama. Ramai grup chat pun menjadi aktifitas rutin 2 jam menjelang tidur malam hari.
Eksistensi kita menciut untuk kemudian mewujud menjadi kumpulan notifikasi jagad maya. Perasaan kitapun seolah bernaung dan tinggal lama dalam linimasa. Tak jenak rasa hati jika tidak menengok sesekali (ratusan kali) gawai kita.
Kita mungkin lupa pada naungan rumah dengan atap dan tembok dan segala dekorasinya. Karena fikiran kita terpatri dan terhanyut dalam universalia digital. Ketinggalan berita menjadi kecemasan diri tiada tara.
Atau mungkin kita sudah merumahkan fikiran dan hati kita ke dalam jagad maya? Sebuah rumah besar dengan beragam penghuni, asli atau palsu. Rumah yang begitu apa adanya dibalik semua kebohongannya. Rumah yang sengaja terus dibuat menarik dengan berjuta hitungan algoritma.
Semoga kita, atau anak-anak kita tetap menjaga pijakan hati dan raganya ke rumah yang kita miliki.
Salam,
Solo, 13 Oktober 2018
22:53 pm