Dengan kata lain medsos sebagai dunia senang-senang belaka. Semua posting/komen cuma gurauan belaka. Jangan dianggap serius. Jika pun posting dianggap menyebar hoaks, atau merendahkan orang lain bisa meminta maaf nanti.
Asumsi demikian saya kira salah untuk saat ini. Menjadikan masalah intimidasi, segregasi, bahkan kabar bohong via medsos sebagi suatu yang sepele adalah keliru. Karena sudah ada UU ITE yang mengatur hukuman atas tindak pidana dunia maya. Â
Keempat, karena menjadikan medsos sebagai medium interaksi utama.Â
Orang yang galak dan cenderung kasar di medsos mungkin sengaja memilih pribadi seperti ini. Karena mereka ketagihan dan tak pernah lepas dengan smartphone. Mereka anggap medsos dan internet adalah 'habitat' mereka.
Mungkin orang seperti ini tak butuh orang lain selain teman-teman di Facebook. Mereka memiliki dunia dengan less stress dan less threat. Tidak ada tekanan dan ancaman. Dan mungkin orang-orang individualistik macam ini semakin menjadi jika sudah bertemu dunia maya.
Menentukan branding pribadi di medsos memang pilihan tiap kita. Namun menjerumuskan pribadi asli kita dengan konten negatif di dunia maya dapat merugikan. Apalagi saat banyak yang tahu kalau pribadi medsos kita berbeda 180 derajat dengan aslinya.
Bersembunyi dibalik akun anonim hanya untuk menjadi preman medsos pun tak jauh berbeda. Anonimitas negatif akan malah memberi beban psikologi kita nantinya.
Salam,
Solo, 13 September 2018 -Â 10:16 am
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H