Siapa sangka tanaman sejuta manfaat ini juga bisa menjadi bahan pembangkit tenaga listrik. Adalah Kaliandra, atau cabello de angel (rambut malaikat) yang berasal dari Guatemala. Kini bisa diolah menjadi sumber energi baru terbarukan (EBT). Sumber olahan palet dari kayu kaliandra digadang bisa menjadi bahan EBT biomassa pembangkit listrik hingga 10 MegaWatt.
Kaliandra merah merupakan tanaman semak yang mudah tumbuh saat musim penghujan atau kering. Akar rhizobium dan jamur microriza di akar Kaliandra juga mampu mengurangi pertumbuhan gulma lahan. Selain daun pelyuannya yang baik dimanfaatkan untuk pakan ternak, bunga kaliandra pun menjadi penghasil nektar untuk lebah madu yang baik.
Tinggi Kaliandra dapat mencapai 12 m dengan diameter 20 cm. Batang basah Kaliandra mampu menghasilkan energi panas 4600 kkl/Kg. Sedang saat sudah kering menghasilkan kkl/Kg panas. Panas ini setara dengan panas rerata batubara. Sehingga prospek olahan pelet kayu kaliandra dapat dijadikan EBT biomassa ramah lingkungan untuk tanah air.
Pelet kayu dianggap lebih ramah lingkungan daripada batubara. Wood pellet atau pelet kayu dari Kaliandra dianggap carbon neutral. Daripada bahan bakar gas (BBG), emisi CO2 yang dihasilkan pelet kayu 8 kali lebih rendah. Sedang dibandingkan bahan bakar minyak (BBM), emisi CO2 pelet kayu 10 kali lebih rendah. Sehingga tak heran, tren pelet kayu sebagai EBT biomassa menjadi alternatif energi.
EBT menjadi isu global pada Pertemuan Paris-UNFCC tahun 2015 di New York. Ada 178 negara anggota yang berinisiasi mencegah pemanasan global. Target pertemuan Paris adalah menghambat pemanasan global dibawah 2-3 C, yaitu 1.5 C. Dengan pencanangan EBT, negara berkembang dapat mencegah emisi sebanyak 1,4 gigaton pada 2020. Program yang dibuat pun menganggarkan sekitar 25 miliar USD per-tahun.
Beberapa negara telah menggerakkan kota besar mereka demi mendukung target Paris Agreement. New Delhi, Nanjing, Lagos dan Mexico City sudah memulai program untuk mengurangi pemanasan global. Di Indonesia sendiri, EBT sudah dicanangkan pemerintah dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN). Listrik energi biothermal, biodiesel, dan panel surya pun sedang dan sudah dikembangkan.Â
Belum lama ini, 40 miliar Rupiah sudah diinvestasi PT Energy Management Indonesia (EMI, Persero). Investasi ini guna pembangunan pembangkit pabrik pelet kayu biomassa di Purworejo, Jateng. Bersama PT Energi Biomassa Indonesia dan CV Surya Baja Engineering, pabrik ini dapat memproduksi 100 ton palet kalindra dan glirsidia per hari. Listrik sedikitnya 5 MegaWatt bisa dihasilkan. Rencananya, listrik yang dihasilkan akan juga dialirkan ke bandara baru di Kulon Progo, Yogyakarta.
Kaliandra yang mudah ditanam di Indonesia memiliki prospek EBT biomassa yang potensial. Pengembangan, riset, dan penggunaan Kaliandra untuk pembangkit listrik pun digadang menjadi alternatif energi. Karena bergantung kepada BBM, Indonesia hanya memiliki 2% dari cadangan minyak dunia. Seiring menyusutnya pasokan minyak, EBT pun dibutuhkan. Kaliandra bisa menjadi penjawab pembangkit listrik tersebut. Selain berjuta manfaat lain.
Referensi: antaranews.com | biotifor.or.id | ec.europa.eu | kompas.com | republika.com | unenvironment.org
Salam,
Solo, 5 Juli 2018
02:22 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H