Secara kumulatif, ketiga faktor diatas bisa dianut siapa saja. Saat berdiskusi fakta atas satu berita bohong, ketiga faktor diatas menjadi dasar ad hominem dilontarkan. Ditambah bias perspektif dan naive realism bentukan sosmed, semakin terpojoklah pembawa fakta. Memang, kadang sulit membenarkan berita bohong. Namun lebih tidak bertanggung jawab membiarkannya terus menyebar.
Menyadarkan individu dari pengaruh berita bohong bukan suatu yang mudah. Namun bukan berarti usaha dan upaya terus berhenti. Jika kita pribadi tidak mampu memberikan fakta. Ada baiknya bergabung dengan komunitas yang perduli tentang hal ini. Memahami dan menyebarkan literasi digital sebagai panduan para milenials juga patut dilakukan.
Dan mungkin, bisa jadi orang yang sadar akan hoaks bukan yang kita ajak berdebat. Bisa jadi kawan atau sahabatnya. Karena algoritma sosmed memberi influence bahkan orang yang tidak kita kenal.
Salam,
Solo, 26 Mei 2017
12:29 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H