Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pseudo Valentine Kala Ramadan

23 Mei 2018   22:36 Diperbarui: 23 Mei 2018   22:42 1104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Affection by Matthias Zomer - foto: pexels.com

Jujur, pernahkah kamu berucap I Love You saat puasa kawan? Pada ibumu, istrimu, anakmu, atau orangtuamu? Jikapun ada, engkaulah insan holistik penebar kasih.

Bukan perkataan kosong saya berucap. Karena romantisme kala Ramadhan tak lain hanya pseudo. Bayang-bayang belaka. Tiada yang perlu diungkap dengan kata.

Ucap lisan sejatinya adalah amalan yang menjadikan satu tujuan. Kau ucapkan surga di setiap doamu. Tak lain karena tujuanmu ingin sekali masuk nirwana sang Pencipta. Kau berdoa untuk kebaikan dan kesehatan keluargamu. Tak bukan karena inginmu demikian selama kamu hidup bersama mereka.

Dan pada tutur yang diintonasi dengan kata cinta dan sayang. Mudah-mudahan mawujud cinta dalam romantisme berpuasa. Indah nian.

Namun kawan, tak perlu berkecil hati kalau kau belum atau enggan mengucap kata cinta. Karena cinta konon banyak bentuknya. Dan di bulan Ramadhan, kadang wujud cinta adalah romansa dari rasa dan usaha.

Sayang kamu bisa konkritkan dengan daya dan usaha. Kamu berusahalah menyenangkan keluargamu lebih saat berpuasa. Faktanya, kau tengok meja makanmu kala berbuka. Ada yang istimewa. Ada segelas kolak buatan istrimu. Karena tidak setiap bulan kolak dibuat. Kau puji betapa manis kolak tadi. Dan berucap syukur dalam hati. Sembari tersenyum.

Senyummu bisa lebih bermakna dari ucapan sayang atau cinta. Karena kadang kamu fikir. Masa-masa berucap sayang dan cinta, cukup dulu. Saat kau menjalin cinta. Karena kini, masamu untuk menjaga cinta. Dan percayalah kawan. Masa ini lebih berat.

Sayang bisa kau langitkan dengan doa di penghujung malam saat Ramadhan. Bukankah doa di bulan mulia ini langsung didengar yang Maha Mendengar. Dan doa, adalah pengharapan kebaikan. Kebaikan yang datang esok, lusa, atau di waktu yang kamu tiada pernah duga. Doa adalah proses magis Sang Pencipta dengan fikirnya yang tahu betul, mana keinginan dan kebutuhanmu.

Kau resapi dalam-dalam doamu untuk keluargamu tercinta kawan. Kau sertakan nama dan semua kebaikan yang ingin kau jadikan. Kau ucap semoga keluarga selalu diberi kesehatan dan keimanan. Kau sampirkan tasbih dan tahmid agar melangit cepat doa agar Ia dengar. Dan inilah romansa cinta yang kau ucap untuk mereka yang kamu sayang. Tiada terbanding apapun di dunia ini.

Pun, biarlah bayang-bayang romantisme ini dibahasakan olehmu untuk keluargamu. Dan mereka mendengar dengan hati dan jiwa seutuhnya. Jika dirimu sayang dan cinta mereka. Karena jarak dan waktu, tiada apa dibanding doa dan upayamu.

Jika kau tidak sungkan, boleh kau ucapkan rasa cinta dengan lisan I Love You. Agar utuh lisan dan perbuatan. Namun kawan, tuturkan dengan iklhalas dan bersahaja. Karena jika kau tertawa atau senyum tak tentu. Kau akan merasa canggung sendiri. Cobalah sendiri.

Salam,

Solo, 23 Mei 2018

10:38 pm

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun