Ada beberapa hal penting yang luput menyoroti soal HOTS di UNBK. Ujian mata pelajaran matematika yang disisipi High Order Thinking Skill menuai kekecewaan. Baik kalangan siswa ataupun guru tidak pernah menyangka. Keluhan pun berjubel di sosmed Instagram milik Kemendibud. Sampai, Kemendikbud mengakui salah telah menyisipkan soal HOTS. Namun, ada beberapa hal penting yang luput dari highlight tentang HOTS di UNBK ini.
Pertama, penyusun soal masih city-oreiented. Dengan kata lain, UNBK masih memiliki parameter siswa di kota besar Indonesia. Siswa kota besar tentu memiliki akses pengayaan berlimpah. Dari mulai bimbingan belajar (bimbel), try-out institusi, les online, sampai guru privat bisa didapat.Â
Bagaimana dengan siswa di daerah? Mungkin belajar layak di kelas saja sulit. Ketersediaan tenaga pengajar yang minim. Atau isu teknis lain yang menghambat akses mendapatkan pengayaan materi di luar sekolah. Ketimpangan akses ilmu tidak dijadikan pertimbangan penyusun soal.
Kedua, penyusun soal mengira peserta didik adalah kalkulator. Sebagai akademisi, maaf saya katakan siswa bukan mesin. Mereka adalah individu unik dengan keterbatasan dan kelebihan masing-masing. Jika parameter ilmu disejajarkan dengan perkembangan teknologi. Maka manusia penggunanya belum tentu sama perkembangannya. Mentang-mentang siswa sudah akrab dengan gadget/internet. Maka soal dibuat seolah otak siswa mampu meng-Google jawaban.
Ketiga, timbul kesan soal tahun depan akan lebih 'HOTS'. Tentunya siswa yang sudah mengerjakan soal tahun ini, akan kecewa dua kali jika soal tahun depan lebih mudah. Soal tahun depan sesuai kisi-kisi dan try-out yang sudah diadakan. Akan ada dilema penyusun soal. Memberikan soal HOTS kembali dengan jumlah sama, atau dilebihkan?
Kelima, dari efek ke lima muncul kecemasan sosial. Orangtua mana yang mau nilai anaknya buruk, walau hanya satu mapel? Guru mana yang mau lihat siswanya tidak lulus UNBK? Sekolah mana yang mau ada 'aib' jika nilai kelulusan tidak 100%? Keyakinan bahwa siswa tidak lulus/bernilai buruk adalah norma yang memberi beban sosial. Soal HOTS akan menambah social burden yang ditanggung banyak pihak.Â
Keenam, banyak yang berharap adanya pergantian Mendikbud. Bak rahasia umum, ganti menteri ganti kurikulum. Dan semoga berganti model soal UNBK nantinya. Sisdiknas yang kini masih dibuat eksperimen belum memiliki karakter kuat. Lebih dari 20% APBN negara dikucurkan demi mencerdaskan bangsa. Namun malah mencerdaskan pejabat yang membuat beragam proyek tanpa impact factor yang jelas. Eksperimentasi kurikulum sudah serupa penghamburan APBN agar SPJ departemen tidak dilabeli buruk.
Terakhir, tentunya soal HOTS dalam UNBK matematika menjadi cara memajukan generasi bangsa. Kemajuan tentunya tidak luput dari kritik dan cemooh. Karena kemajuan sejatinya bersifat baru dan terlepas dari banalitas. Soal HOTS adalah memperkenalkan siswa, guru, sekolah dan orangtua akan wacana baru. Dunia yang semakin maju membutuhkan individu yang berpikir kritis dan taktis dalam menyelesaikan soal.Â
Soal HOTS juga memacu penggemar matematika untuk terus belajar. Karena rumit dan kompleks, soal seperti menciptakan tantangan. Bagi pengagum soal seperti ini, ada adrenaline rush dalam mengerjakannya. Sesuatu yang baru bagi para pencinta sesuatu adalah kekaguman. Sama seperti seorang yang kagum artis Korea yang selama ini hanya menyanyi. Tetapi di satu waktu ia menulis kolom artikel di surat kabar. Soal HOTS tak lain adalah ranah ilmu pengetahuan yang kian maju.
Salam,