Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pengalaman Diajar Dosen Asing dan Tantangan Mereka di Indonesia

16 April 2018   10:57 Diperbarui: 16 April 2018   20:23 2095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lecturer - ilustrasi: worldofbuzz.com

Jika ada dosen asing mengajar, mungkin akan terjadi pola student-centered. Namun saya yakin pola ini ada di kelas 'khusus', dengan siswa berprestasi. Bagaimana jika dosen asing dihadapkan pada realita, keheningan mahasiswa adalah cara mereka memahami materi. Gaya belajar ini bisa menjadi shock-therapy  bagi dosen asing tanpa culture-awareness  yang baik.

Kedua, kesiapan sarana-prasarana yang menunjang. Jika saja dosen asing diminta mengajar di PTN/PTS yang jauh dari perkotaan, apa yang terjadi? Fasilitas mungkin ada, namun mungkin tidak memadai. Bak tuan rumah, PTN/PTS tentu menganggap dosen asing sebagai tamu, kehormatan. Akses internet minim, subskripsi jurnal internasional terbatas, atau kelas yang tidak nyaman, bisa jadi menghambat KBM. 

Ketiga, 'kecemburuan' di kalangan dosen PTN/PTS itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, dosen asing adalah istimewa. Dalam hal fasilitas dan gaji bisa jadi tidak sama dengan dosen lokal. Entah bagaimana renumerasi dosen asing ini nantinya.

Namun jika dilogika, dosen asing mana yang mau digaji sesuai nilai Rupiah kita yang dibawah Dollar US, misalnya. Walau di satu sisi, dosen lokal pun bisa belajar/meneliti bersama dosen asing tersebut.

Keempat, perilaku minta foto dan mengartiskan dosen asing. Pengalaman saya pribadi, dulu ada relawan dari US yang mengajar di PTS. Setiap selasai mengajar/ berjalan keluar/menuju kelas ada saja yang meminta foto. Bisa itu mahasiswa/orang non-civitas, seolah mengartiskan relawan US ini. Bagaimana jika dosen asing menghadapi hal ini. Sedang privasi penyebaran foto mereka bisa jadi biggest concern mereka di dunia digital.

Terakhir, wacana atau realisasi dosen asing mengajar di PTN/PTS kita tetap baik. Walau lika-liku sosial, pedagogis, dan kebudayaan mungkin menjadi pengalaman baru atau tidak mengenakkan buat dosen asing.

Ditambah isu-isu teknis dalam pengajaran. Pada satu sisi terjadi penguatan akadems pada tridarma perguruan tinggi. Namun di sisi lain, ada isu yang juga membuat wacana ini agak diragukan.

Baiknya, kita tunggu realisasi dan dampak positif dari kebijakan Kemenristekdikti ini.

Salam,

Solo, 16 April 2018

10:58 am

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun