Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Deteksi Hoaks dengan CCTV

13 Maret 2018   14:29 Diperbarui: 13 Maret 2018   14:42 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Truth about Marwan, a Syrian Boy - foto ilustrasi: smhoaxslayer.com

Hoaks atau berita bohong sudah menjadi keprihatinan kita semua. Apalagi menjelang Pilkada atau Pilpres, hoaks kian merajalela. Begitu masifnya dampak hoaks pada kehidupan sosial kita tidak bisa dipungkiri. Mulai dari putus pertemanan sampai kemungkinan perpecahan bangsa timbul karena hoaks. Saat aparat sibuk menangkapi kluster-kluster penyebar fitnah di dunmay, kluster lain pun muncul. Ada baiknya kita pun turut serta mengurangi persebaran hoaks.

Sebagai seorang yang concern tentang literasi digital, saya coba berbagi tips mendeteksi hoaks. Cara-cara berikut saya initasari dari beragam tulisan saya. Tautan tulisan saya, saya beri di akhir artikel ini. Langkah-langkah berikut sangat mudah diterapkan bagi orang kita yang sering bermedsos. Langkah-langkah deteksi hoaks saya singkat C.C.T.V agar terdengar ramah di telinga dan mudah diingat.

C.C.T.V adalah abreviasi dari C = Cek, C = Cermati, T = Telusuri, dan V = Validasi

C pertama, Cek berarti kita harus mengecek/mengklik/membaca sekilas posting. Ini adalah tahap awal kita mendeteksi posting ini benar atau bohong. Jangan lupa untuk selalu kritis dalam memahami informasi di dunia maya. Misalnya, ada posting tentang seorang anak pengungsi Suriah yang berjalan sendirian melintas gurun. 

Diceritakan dalam posting, ia adalah korban Suriah. Orangtuanya tewas karena perang. Betapa hal ini menggerakkan hati nurani. Namun ternyata posting ini hoaks karena dimanipulasi oknum tertentu.

C kedua, Cermati yang berarti kita tidak mentah-mentah mengiyakan informasi. Hoaks memang biasanya dibungkus dengan isu SARA, polarisasi politik, atau nasionalisme. Hoaks pun kerap kali mem-frame berita sebagian, berisi kalimat sensasional, atau meng-crop foto dramatis. 

Kembali mengambil contoh berita diatas, gunakan langkah cermati. Cermati postingan, apakah ada kata dramatis, keyword yang diulang-ulang, dan cenderung menyudutkan seseorang/golongan. Kembali mengambil contoh berita diatas, gunakan langkah cermati. Pada posting yang palsu, cenderung menyoroti kesendirian anak tadi dan orangtua yang menjadi korban perang. Namun nyatanya tidak (lihat foto)

Truth about Marwan, a Syrian Boy - foto ilustrasi: smhoaxslayer.com
Truth about Marwan, a Syrian Boy - foto ilustrasi: smhoaxslayer.com
T untuk Telusuri yang berarti kita harus mencari informasi tadi di internet. Saat informasi yang kita dapat datang dari internet. Maka kepastian informasi pun sebaiknya ditelusuri lewat internet. Karena hoaks adalah rekayasa, framing atau intensi buruk beberapa oknum, sumbernya pun berasal dari internet. 

Saat ini, apa yang beredar viral di grup chat, informasinya merambat cepat ke berita mainstream. Kembali mencontoh berita hoaks diatas, kita bisa telusuri kebenarannya. Ketik keyword misalnya anak+perang suriah+gurun+perang di Google/Dogpile. Maka akan muncul beragam berita terkait, dan berita lengkapnya pun bisa dilihat. Atau minta Google mencari gambar terkait. Biasanya gunakan klik kanan pada PC atau double-finger tap pada iOS. Maka akan muncul menu tab 'search Google for Image'. Sedang berita asli untuk contoh diatas bisa ditemukan di link berikut Truth about a Syrian Boy Crossing the Border.

V untuk Validasi berarti adalah tindakan/reaksi kita sebagai penerima/pembaca informasi tadi. Jika berita yang di-share adalah hoaks, kita harus mengklarifikasi. Baik dengan komentar/mem-reply posting/chat harus dilakukan. Jangan lupa sertakan link berita/gambar lengkap tentang berita terkait. Baik-baik kita coba utarakan argumen berdasar kebenarannya. Sekaligus meminta anggota grup chat/empunya posting menghapus informasi hoaks tersebut. Langkah validasi adalah tanggungjawab moral yang bisa kita lakukan dengan segera. Agar postingan hoaks tidak menyebar dan menimbulkan gesekan/kecemasan pihak lain.

Ilusi keramaian dunia maya, memang kita rasakan. Apa-apa yang ramai di sosmed akan menjadi buah bibir di masyarakat. Cepatnya informasi disebar membuat oknum jahat memanfaatkan hal ini dengan diseminasi hoaks. Saat Kemenkominfo dan Kepolisian bergerak dengan urusan teknis mencegah dan memberantas hoaks. Adalah tanggung jawab kita bersama mereduksi penyebarannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun