Bahasa komunikasi digital berkembang pesat. Bahasa manusia yang begitu rumit dengan sistem suara (phonologis) dan tulisan (ortografis) coba diejawantahkan pada QWERTY. Mau tak mau, bahasa papan ketik harus pula menyertakan sisi emosi (afektif) dan suasana (konteks). Dan banyak dari kita menggunakan emot untuk menunjang sisi afektif. Taukah Anda kapan emoji 'lahir'? Baca artikel saya Hari Lahirnya Emot Pada Tanggal Ini.
Menulis QWERTY dengan medium emosi kit sebut fingered speech. Makna yang kadang begitu sarat emosi dan konteks kadang tertuang dengan simbol atau dikenal emoticon (emotional icon) atau emoji. Seperti tanda senyum :-) atau yang di Jepang lebih umum ^_^. Atau apapun itu, kini merambah tidak sekadar simbol senyum, tangis, marah, bosan, di tahun 2017 awal emoji sudah lebih dari 2.600. Dengan ada sekitar 52 emoji baru akhir bulan lalu. Saya kira kita tidak pernah menggunakannya satu per satu.
Namun ada kalanya emoji sulit diketik. Karena harus berpindah ke keypad emoji tersendiri pada aplikasi chat. Sehingga banyak pula yang menyingkat perasaan masih dengan huruf di QWERTY. Semisal untuk mewakili suara tertawa diketik saja Hehehe, Hahaha, atau Wkwkwk. Namun, dalam pengamatan saya, tidak semua representasi tertawa ini tepat secara emosional maupun kontekstual. Sehinggga kadang kita harus berhati-hati. Walaupun ada 'varian' dari tertawa ini yang kadang bermakna lebih spesifik.
Hehehe mungkin bukan tertawa, tertawa. Tetapi lebih kepada menyeringai tanpa menimbulkan mimik tertawa yang lebar. Tertawa lebih bermakna merendah diri, mengalihkan fokus, atau sekadar mengisi kekosongan. Konteks emosi yang tercipta bukan menertawakan tetapi mencoba membuat keakraban atau intimacy. Pola dasar komunikasi antara dua orang yang tidak begitu mengenal dekat, tetap sudah tahu satu sama lain.
Hahaha lebih menggambarkan tertawa lebar. Tertawanya lebih lepas dan mungkin nyaring dalam hal suara. Makna permukaan yang terungkap dan difahami adalah orang tersebut merendahkan, menganggap remeh atau sekadar sarkasme. Namun tertawa jenis ini tentu tidak umum ditemui. Karena beban emosi yang dikandungnya, konteks teman dekat, saudara, atau keluarga mungkin berisi tawa jenis ini. Tertawanya tidak tedeng aling-aling, atau lepas saja apa adanya.Â
Sedang Wkwkw mungking kependekan dari wakakakak, atau tertawa mengakak. Kemungkinan tawa yang sampai terpingkal-pingkal. Tawanya muncul karen menertawakan kelucuan, kaget atas candaan, humor atau tebak-tebakan. Tawa ini bisa pada konteks apa saja, yang penting objek yang ditertawakan benaran lucu. Karena kalau salah, bisa jadi kita yang ditertawakan (lewat ketikan). Dan wkwkwk ini seolah menjadi ciri khas (bisa juga stereotipe) tertawanya orang Indonesia di sosial media.
Ada varian lain tertawa seperti xixixi, yang bersuara mungkin sisisi. Seperti tawa tapi berusaha ditahan. Mirip dengan hahaha, tapi dengan tidak ingin menunjukkannnya. Ada juga hihihi, yang suaranya mungkin seperti hehehe, namun dengan suara sibilan. Maknanya juga serupa hehehe atau xixixi menurut dugaan saya. Namun hihihi ini juga menyimbolkan tawa kuntilanak. Cukup menambahkan meme kunti plus hihihi, maka imajinasi kita akan membayangkan tawa seramnya.
Sehingga, pola komunikasi tulisan digital sejatinya dinamis dan inovatif. Ortografi atau abjad latin yang hanya 26 buah ternyata bisa disuntikkan konteks emosi dan konteks. Apalagi dalam komunikasi digital yang cenderung cepat, real-time, dan efisien, emoji dan bentuk tertawa diatas menjadi konvensi. Namun konvensi ini tidak tertulis, namun difahami bersama. Karena dalam tiap kepala kita, ada kompetensi bahasa yang kita punya.
Karena hahaha di tiap negara berbeda-beda. Di Thailand, ditulis 5555 karena angka 5berbunyi ha. Di Jepang dengan wwwww, di Korea kekeke, di Spanyol jajaja, atau di Yunani dengan xaxaxa. Dan saya sendiri tidak begitu faham bunyi hahaha dalam bahasa Brazilian Portugis, yaitu rsrsrs.
Sumber: emojipedia.com |Â thealtlantic.com
Salam,