Kebhinekaan adalah ruh dari kata merdeka untuk kita. Kita semua berbeda dan merdeka di negeri Indonesia. Perbedaan kita bukan berarti kita haru membeda-bedakan. Namun, berbeda adalah untaian indah sebuah kemerdekaan. Dan dengan merayakan Indonesia merdeka di tanggal 17 Agustus, ruh kata merdeka dalam perbedaan itu begitu kentara.
Tidak pernah saya mendengar perayaan 17 Agustus untuk satu golongan, agama, ras atau etnis. Jika Anda pernah mendengarnya, maka saya yakin hal itu tidak sesuai dengan nurani kita sebagai bangsa. Merayakan 17 Agustus tidak sekadar hura-hura menikmati kemerdekaan. Namun jauh dari itu. 17-an adalah penguat, pengkhidmat dan tanda kita kuat sebagai bangsa yang berdiri di atas perbedaan.
Dan begitupun di sebuah kota kecil di Australia, Wollongong. Dengan khidmat dan berbangga menjadi bangsa Indonesia, kami mengadakan helatan 17-an tanggal 26 Agustus kemarin. Walau dengan sederhana, kami tetap merasakan ruh berbangsa dengan dasar ke-Bhinekaan. Tidak ada tembok suku, ras, dan agama kami dalam merayakan 17-an di negeri orang lain.Â
Kami ingin selalu di tahun ke depan, perayaan 17-an akan terus dihelat. 17 Agustus menyatukan kami yang berkelana di negeri asing. Ada yang jauh dari Sydney dan Macquarie University bersama merayakan 17-an bersama kami. Perwakilan Konsulat Jenderal di Sydney, bapak Dicky D. Soerjanatamihardja pun menyempatkan hadir. Beliau datang untuk merepresentasi negara yang hadir untuk rakyatnya. Dan hal ini menjadi sebuah kebanggaan untuk kami.
Dari kota kecil Wollongong, kami coba tunjukkan pada dunia dengan 17-an ala kami. Indonesia, untukmu kami hadir.
Artikel 17 Agustus tahun lalu: Rame Rasa 17-an di Australia
Salam,
Wollongong, 31 Agustus 2017
02:48 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H