Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Kami di Australia untuk Indonesia

5 November 2016   18:23 Diperbarui: 5 November 2016   19:07 2442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Unite by nicwij - ilustrasi: deviantart.com

Siapa yang tidak senang dikunjungi orang nomor 1 di Indonesia. Bertemu walau hanya melihat dari jauh pandang, sudah riuh hati bersyukur. Apalagi bisa bertegur sapa dan menyalami. Ada rasa bangga yang sulit dilisankan. Ada kebahagian mengisi hati yang sulit diterjemahkan.

Namun, kadang keinginan bertemu atau melihat tentu ada halang rintang. Rencana Presiden Jokowi mengunjungi kami di Sydney esok terpaksa harus dialihkan lain waktu. 

Kecewa tentu terbersit. Kesedihan mungkin juga dirasakan. 

Namun kami tahu ada hal yang lebih besar yang harus beliau selesaikan di tanah air. Ketidakhadiran beliau bukan berarti ketidakmampuan. Namun sebuah kemampuan sesungguhnya mengayomi rakyatnya. Beliau tahu ada yang lebih urgent harus ditangani. 

Dan kami pun faham sekali apa yang terjadi di Indonesia adalah nasib kami sebagai bangsa. Tidak ingin kami pun merasakan kecewa lalu mengutarakannya. Namun kekecewaan kami harus diubah menjadi doa untuk kedamaian bumi nusantara. Tanah air yang akan tetap dan selalu kami cintai.

Dan ditangan Presidenlah kami menghaturkan doa pemersatu ini. Kami faham sekali apa yang terjadi kemarin bisa menjadi lebih viral dari yang hanya nampak di media. Banyak pihak yang terlibat. Banyak oknum yang mendalangi di belakang layar. Kecewa kami pun tulus kami rombak menjadi keinginan untuk tetap bersatu sebagai bangsa.

Sudahlah, sudahi kebencian. Cukuplah bergulat dengan nadir iri dan dengki. Bangsa Indonesia sejatinya adalah berbeda tapi tetap satu. Mustahil ada satu suku, satu agama dan satu ras, di tanah air. Forefathers kita sudah tegas menggariskan yaitu, cukup satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa yaitu Indonesia. Sebuah pedoman visioner rentang generasi yang sepatutnya kita fahami.

Terakhir, jangan ada lagi anggapan kita bukan Indonesia untuk masalah persatuan. Menunda mengunjungi kami disini, bukan menjadi dalih kekecewaan. Persatuanlah diatas segalanya. Harapan kami cukup sederhana. Dan mungkin nenek-kakek kita pun memiliki cita-cita yang serupa.

Tak ingin Indonesia terpecah belah untuk anak cucu kita nanti.

Dan dengan gamblang, pendiri negara ini menggariskan Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar NKRI.

Teruntuk teman-teman pelajar, diaspora, warga Indonesia di New South Wales dan Australia, mari dukung helatan Temu Masyrakat di Sydney Olympic esok hari. Kita tunjukkan bahwa pemecah belah bangsa tidak bisa menyurutkan persatuan. Inilah momen kita menunjukkan mereka, kita bisa bersatu. Bahkan saat kita jauh dari tanah air kita tercinta.

#WeAreIndONEsia

Temu Masyarakat Pentas Kebersamaan - ilustrasi: eventbrite.com
Temu Masyarakat Pentas Kebersamaan - ilustrasi: eventbrite.com
Salam,

Wollongong, 05 November 2016

10:23 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun