* * *
Matahari pagi mulai muncul di atara dedaunan di dalam hutan. Abah sudah bangun sejak subuh hari. W. terbangun karena matanya yang tertimpa cahaya matahari.
"Sudah pagi Abah. Kita harus segera menuju kota kembali. Lebih aman disana daripada disini. Karena sebentar lagi polisi dan tentara akan menyisir hutan ini dengan berjalan kaki." ujar W. sambil segera membereskan barang-barangnya dalam tenda teepee.Â
"Baik W. mari kita segera pergi." Abah segera membuyarkan tenda teepee. Dedaunan dan kayu-kayu guna membuat tenda segera disebar di beberapa tempat. Semua agar tidak ada yang curiga. Polisi akan menyangka ini sampah orang-orang yang kemping.
W. segera membersihkan dedaunan di mobilnya. Nampaknya kamuflase ini berhasil mengecoh helikopter polisi malam tadi.
"Cepat masuk Abah. Kita harus segera mencari kamar di kota. Kita tunggu beberapa hari sampai suasana tidak begitu riuh. Baru kita menuju ke kota lain." sambil menyalakan lalu menjalankan mobilnya, W. melaju kencang menuju kota.
"Mungkin kita tidak perlu lari lagi W." Abah berucap. Sedang W. terdiam dan memahami maksud Abah.
Mereka akhirnya sampai di sebuah penginapan usang di pusat kota. W. segera memesan kamar dan meminta Abah beristirahat di dalam kamar. Sedang W. akan membeli makanan untuk mereka. Dengan menggunakan kacamata dan scarf menutupi kepalanya, W. memberanikan diri ke minimarket terdekat penginapan.
'Sial! Benar dugaanku.' Mariam mengumpat dalam hati. Setelah melihat headline berita di koran hari ini, ia tahu Mariam selamat. Dan ia tahu polisi sudah benar-benar menyisir ruang Kesempurnaan. Mariam segera berlari kembali menuju penginapan.
"Abah, benar dugaanku. W. masih hidup karena polisi bisa tahu ruang Kesempurnaan. Pasti polisi juga sudah tahu kuburan Niko. Keparat Niko! Semua gara-gara dia!" W. memaki sambil menatap keluar jendela.
"Kamu harus bunuh Mariam. Sekarang pasti dia di rumah sakit. Luka amputasi dan bedah perut belum sembuh sempurna. Kamu harus kesana W. Lenyapkan Mariam selamanya!" Abah berkata tajam dan seius.