Disclaimer:
Gore-horror theme. Karya fiksi ini berisi kekerasan, darah, dan kata-kata kasar. Bagi yang tidak berkenan, cukup membaca sampai disini. Salam :-)
Badan babi yang masih tergolek lemah tak bernyawa di taman belakang rumah menjadi saksi karya dan dendam Abah. Sudah kali ke tiga dalam dua bulan ini Abah berlatih menyembelih, menyayat, memotong, menggorok, memutilasi dan mengamputasi. Saat ini hal-hal ini menjadi karya seni buat Abah. Bagaimana sebuah karya bisa diciptakan dari bagian-bagian tubuh. Bahkan dari babi. Bagaimana dengan manusia?
Sebuah karya hal yang coba ia lakukan nanti. Suatu saat dimana dendamnya adalah pelengkap karma orang-orang busuk yang mencabut nyawa istri dan anaknya dulu. (Bagian 8)
* * *
Mobil W. melaju di jalan berkelok. Namun melambat ketika hampir tiba di jalan menuju ke atas bukit. Ada yang aneh W. tangkap di jalan ini.Â
'Kenapa ada banyak daun kering bertebaran di jalan ini?' W. bertanya dalam hati
Dengan sigap W. langsung memutar arah mobil. Ia tahu ada mobil yang sudah melewati jalan ini sebelumnya. Mustahil 1 mobil bisa menebarkan banyak daun dari pinggir jalan. Pasti lebih dari 1 mobil. Dan ia bisa tahu segera, bahwa ada polisi yang sudah mencapai gubug di atas bukit. Dan mungkin juga ini kenapa Abah mengikutnya dan menyelamatkannya tadi.
'Sial! Aku harus segera ke luar kota. Tidak mungkin pula kembali ke rumah.' W. menatap Abah yang masih belum siuman. Mobil W. segera dilajukan menyusuri jalan di samping bukit kota. Namun W. tahu ia harus segera mencari rumah sakit untuk abah. Jika ia siuman nanti, semoga tidak ada yang buruk terjadi dengannya.
Suara sirene sepertinya mendekati mobil W. yang melaju. Segera W. tahu ia sedang diikuti. Dan mungkin sebentar lagi helikopter polisi akan melacaknya dari atas.
'Bangsat! Sepertinya aku harus segera berjalan kaki. Tidak mungkin menggunakan mobil!' W. segera mencari minimarket untuk segera berhenti. Setidaknya disana ia bisa membeli bekal untuk bisa kabur ke dalam hutan. Karena sepanjang jalan ke luar kota ini, hutan pinus ada di kanan-kiri.Â