Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Horor dan Misteri] Karya Karma Bagian 3

27 September 2016   20:28 Diperbarui: 27 September 2016   20:32 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dark - foto: Maciej Goraczko

"Bajingan, apa lagi yang kau lakukan padaku..." Dengan segenap tenaga Mariam mencoba bersumpah serapah. Kini ia tak sanggup lagi berdiri. Tergolek dalam kepasrahan, rasa sakit di perutnya telah melumpuhkannya.

"Bunuh saja aku kau laknat!! Kau dengar aku!!?"

"Ibu Mariam? Apa itu ibu?" Tiba-tiba Johan terbangun dan terkaget. 

"Siapa itu? Johan? Benarkah itu Johan?" Mariam terheran dalam gelap ruang ini ada Johan.

"Iya bu, betul saya Johan. Ahhhggg..!!" Saat Johan berusaha mencari Mariam dalam ruang gelap sesuatu menarik betisnya.

"Kenapa Johan? Kenapa?" Mariam bertanya dengan kepanikan. Karena Mariam tahu dalam ruang Kesempurnaan ini, hal mengerikan bisa terjadi.

"Ahhggg..!! Ada yang menarik betis saya. Seperti tersangkut." Johan mencoba menarik sesuatu dari betisnya. 

"Crasshhh.." suara daging tercerabut dari lengan Johan. Berteriak sejadinya. Mariam bergidik ketakutan di lunglai posisi tidurnya.

"Banyak sekali kail dan tali pancing di tubuh saya bu. Banyak!" kembali Johan berteriak menahan sakit. Tali pancing dan kail sudah mengaitkan Johan ke tembok. Di setiap inchi tubuhnya. Mata pancingnya begitu besar. Mata pancing ini masuk hampir ke dalam bagian tubuh Johan. Hanya kepalanya saja yang tidak dikaitkan kail.

Luka menganga lengan Johan membuatnya merintih. Darah mengalir membasahi lantai ruang Kesempurnaan.

"Jangan bergerak Johan. Tetap di tempat. Ruang ini memang bedebah!" Mariam menyarankan sekaligus mengumpat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun