Senyap mulai menyelinap tepat pukul 12 malam. Martha diam tercekat memandangi pintu kamarnya. Sosok itu tidak mungkin datang kembali malam ini fikirnya. Wajah sosok itu berlumur darah. Tangannya patah ke dalam. Saat sosok itu berjalan, Martha lihat benar tangannya menjuntai lemah tanpa tenaga. Bau anyir darah mulai mengisi kamarnya. Andai ia tidak mabuk berkendara 2 hari lalu. Ia tidak akan menabrak lari sosok renta yang kini sudah tepat di depan wajahnya.Â
- - o - -
"Gua mau ganti mobil ini bro.." ujar Iwan. "Kenapa Wan? Baru lho beli 2 minggu mau lho jual lagi?" heran Hendri bertanya. "Mobilnya kalo malem bau kembang bro. Kadang gue denger suara anak-anak gitu di kursi belakang. Ngeri gue!". "Yang bener Wan? Jangan-jangan ni mobil bekas nabrak orang?" Hendri terkejut. "Ngga tau bro? Yang jual udah ga bisa dihubungi." "Lho dah dateng ke rumahnya Wan?. "Udah bro kemaren. Kata tetangganya, yang punya rumah sekeluarga kecelakaan di Tegal." "Wah, ngeri banget Wan. Kapan tuh kecelakaannya!?" "Katanya sih baru 15-an hari gitu....." Iwan tiba-tiba tercekat. "Wan..Wan kenapa lho Wan diem aja?" Hendri tiba-tiba heran.
- - o - -
Deny selalu enggan berkendara ke tempat bibinya yang jauh dari kota. Gelap dan jalannya kecil berliku, membuat bulu kuduk merinding. Apalagi malam ini Deny diminta ibunya mengantar kue pesanan bibinya sendiri.
Entah kenapa, selepas batas kota Deny tak mau melihat ke bangku belakang mobilnya. Sering ia merasa ada yang 'numpang' di kursi belakang. Dan malam Jum'at ini entah mengapa rumah bib inya terasa sangat jauh. Sudah 2 jam ia berkendara. Biasanya hanya 1 jam sudah sampai di rumah bibinya.
- - o - -
"Inget ya Win, jangan duduk di depan di samping kakek!" ibu berpesan ke Wiwin. "Iya mah..." Wiwin menjawab sambil nylonong keluar menuju mobil kakek. Liburan ini Wiwin menginap di rumah kakeknya. Kakeknya sudah siap menjemput Wiwin dengan mobil tua kesayangannya. Wiwin segera masuk ke dalam mobil. Wiwin duduk di bangku depan di samping kakek. Kakeknya terdiam. Wiwin pun terdiam. Selama perjalanan Wiwin terus tersenyum ke arah kakeknya. "Aa mau kemana..?" Wiwin bertanya ke kakeknya. Aa, kata yang selalu mendiang istrinya ucap dulu di bangku depan tepat di sampingnya.
- - o - -Â
Tidak ada yang lebih membuat bulu kuduk supir angkot merinding di malam hari, ketika mendengar ucapan "Kiri bang!" saat angkotnya sudah kosong.