Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sebuah Helicopter View Menyoal Full-Day School Mendikbud Baru

8 Agustus 2016   20:35 Diperbarui: 8 Agustus 2016   20:55 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berangkat Sekolah - foto: jagawana.com

Positifnya, orangtua akan dijamin anaknya baik-baik diurus sekolah. Karena FDS adalah keputusan Mentri yang harus dilaksanakan sekolah, anak mereka akan tentu mendapat hal positif di sekolah usai jam belajar. Negatifnya, orangtua harus benar-benar memastikan anaknya kuat untuk sekolah FDS. Kuat bukan sekadar fisik namun juga mental. Karena tidak semua anak betah lama-lama di sekolah.

4. Pihak Siswa

Dan kebijakan FDS ini akan menjadikan siswa 'eksperimen' kembali. Sejak gonta-ganti kurikulum dan program-program penuh kejutan diawal dan mlempem di jalan, FDS diharapkan tidak demikian pastinya. Siswa kembali akan memikul keberhasilan program ini. Siswa yang sudah senang dengan sekolahnya akan lebih senang dengan sekolahnya karena bisa berlama-lama. Sedang siswa yang tidak senang, FDS bisa menjadi neraka.

Sisi positifnya tentu siswa akan mendapat life-skill dan pengayaan akademik dan non-akademik. Hal-hal yang tidak cukup diajarkan dengan jam sekolah konvensional. Mulai dari kursus, ekstrakurikuler, sampai program siraman rohani kabarnya akan dicanangkan. Negatifnya, siswa harus benar-benar kuat menerima semua ini di sekolah. dalam hal ini, kuat secara fisik dan mental. Karena program-program tadi bisa saja didapat di luar sekolah. Dan faktor psikologis bosan di sekolah bisa saja terjadi.

Help - ilustrasi: metrovaartha.com
Help - ilustrasi: metrovaartha.com
Dan lumrah jika sebelumnya FDS dikaji lebih detail. Dari sekolah swasta yang sudah menerapkan FDS harusnya sudah bisa didapat gambaran detail aa yang sebenarnya didapat dengan FDS. Dan saya kira tidak kurang referensi ilmiah yang sudah meneliti dampak baik dan buruk FDS di sekolah swasta. Pihak Kemendikbud harus benar-benar mendalami hal ini untuk pilot project yang hendak dilaksanakan.

Publik kiranya boleh mengemukakan keberatan setelah kajian literasi yang ada dan pilot-project dianggap kurang memuaskan. Dengan persebaran pendidikan yang timpang di negri ini, FDS bisa membuat washback yang buruk. Banyak dampak FDS yang malah menjadi blunder jika diterapkan di daerah terpencil misalnya. Saat siswa harus berjalan 10 KM ke sekolahnya. Bayangkan mereka harus pulang pukul 5 sore menyusuri hutan. Hal ini berkebalikan tentunya di kota besar. Pulang pukul 5 sore berarti anak benar-benar aman di sekolah sampai mereka pulang ke rumah.

Orangtua pun harus semakin kreatif memanfaatkan kebersamaan dengan anak. Orangtua harus rela mempercayakan pendidikan anak di sekolah selama 10 jam anak di sekolah. Namun harus selalu diingat, manfaatkan dengan baik 2 hari libur anak di akhir pekan. Isi kegiatan positif dengan kedekatan hati di hari Sabtu-Minggu. Jangan malah memanjakan anak benar-benar libur dan sekadar tidur dan bermain game atau gadget.

Kebijakan akan belum terasa bijak jika kemanfaatannya tidak dirasakan. Berfikir negatif akan suatu kebijakan pun bisa mengaburkan perspektif positifnya. Namun terlalu yakin akan kebijakan baru pun bisa mementahkan kritik yang sejatinya membangun. Memposisikan perspektif diatas dengan mengawasi segala aspek dan variabel yang terlibat akan lebih bijak. Dan akan lebih berguna lagi, jika ada kontribusi nyata menyoal kebijakan FDS ini. Mungkin tulisan saya bisa memberikan hal ini.

Salam,

Wollongong 08 Agustus 2016

11:35 pm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun