Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Beralihnya Mudik Konvesional ke Mudik Virtual

30 Juni 2016   13:40 Diperbarui: 27 Maret 2020   07:17 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
VR Collage - ilustrasi: heavy.com

Mudik menjadi sebuah ritual khusus di hari raya. Tidak cuma di Indonesia, di beberapa negara juga berlangsung mudik. Perayaan tahun baru di Tiongkok, perayaan Diwali di India, dan Bayram di Turki adalah beberapa contoh mudik di negara selain Indonesia. 

Secara konvensional, mudik berarti mobilisasi besar-besaran populasi manusia. Biasanya dari daerah urban menuju jauh ke daerah rural. Namun untuk jangka waktu yang tidak lama. Dan dengan jumlah yang banyak, diperlukan sarana (kendaraan) dan prasarana (jalan) guna menunjangnya. 

Macet dan terbatasnya kursi moda transportasi menjadi fenomena mudik dari tahun ke tahun.

Esensi mudik adalah berkumpul bersama sanak keluarga bersama. Hari raya merupakan media pemersatu keluarga dari tempat yang jauh. Bisa dari pulau berbeda dalam satu negara atau bisa jadi negara yang berbeda. Makna terdalam dalam mudik sejatinya adalah kebersamaan. 

Kehangatan bercengkerama dan bisa saling bercerita menjadi momen yang terus diwariskan. Dari generasi satu ke generasi berikutnya mudik akan diwariskan. Sehebat dan seberat apa pun tantangan macet, finansial, bahkan kesehatan mudik akan tetap dijalankan. 

Bagaimana jika di masa depan 10 sampai 20 tahun lagi mudik bisa dilakukan virtual. Mobilisasi populasi bisa dikurangi dengan signifikan. Teknologi menjadi sarana pemersatu keluarga. Memangkas jarak, uang dan waktu menjadi andalan mudik virtual. 

Jangan heran, teknologi yang bisa menjadi sarana pengganti mudik jauh yang melelahkan dan menghabiskan uang bisa terwujud.

VR Collage - ilustrasi: heavy.com
VR Collage - ilustrasi: heavy.com
Saat ini banyak sekali dikembangkang gadget atau wearable berupa Virtual Reality (VR) headset. Dan sudah banyak vendor teknologi yang terus mengembangkannya. Mulai dari Google dengan Google Glass yang kini tidak jelas kemajuannya. Microsoft dengan Hololens-nya, HTC dengan Vive, Samsung dengan Gear VR, Facebook dengan Oculus Rift, Sony dengan PlayStasion VR, dan masih banyak lagi.

Ada dua tipe VR headset yang kini sedang dikembangkan. Ada VR headset untuk dengan smartphone dan tipe lain melekat pada console. Untuk tipe pertama, contohnya adalah Samsung Gear VR, Zeiss VR One,  dan Google Cardboard yang melekatkan smartphone ke headset-nya. 

Sedang tipe VR headset yang lain adalah tipe console. Tipe ini biasanya lebih besar dan kadang memerlukan console game terpisah. Contohnya adalah Microsoft Hololens, HTC Vive, Oculus Rift, dan Sony Playstation VR. 

Kedua tipe VR headset saat ini banyak dikembangkan untuk fungsi gaming. Namun  tipe kedua, banyak yang mengembangkannya menjadi sesuatu yang lebih banyak fungsinya daripada sekadar untuk gaming.

Vendor teknologi seperti Microsoft sedang mengintergrasikan Windows Holographic (WH) pada Hololens. WH adalah proyek menyatukan elemen holografis dengan dunia nyata. Dengan istilah augmented-reality pengguna Microsoft Hololens bisa melihat gambaran holografis di hadapannya. 

Walau di dunia nyata, gambaran ini tidak ada. Sebuah inovasi yang kiranya film fiksi ilmiah seperti Minority Report (2002) pernah gambarkan. Dengan teknologi ini, terkoneksi bukan saja dengan audio dan video, namun juga virtual. Orang yang berada jauh, bisa muncul di hadapan kita hanya dengan bantuan headset VR. Mungkin video dari Hololens WH di bawah ini bisa memberi sedikit gambaran.

Dan teknologi inilah yang bisa digunakan untuk menjadi mudik virtual. Tiap anggota keluarga bisa hadir bersama-sama dengan bantuan headset VR ini. Semua tanpa harus susah payah pindah dari satu kota ke kota lain. Selain itu, uang akan lebih hemat tentunya. Semua anggota bisa hadir dan saling bercerita seperti biasa. 

Fungsi yang kiranya menjadi headset VR seperti Hololens unggulkan. Tidak hanya saat mudik, teknologi holographic ini kiranya menjadikan 'bertemu' sanak keluarga bisa lebih sering. Bisa jadi teknologi beserta fungsi sempurnanya akan hadir tidak lama lagi. Walau mungkin di Indonesia sendiri, masih membutuhkan infrastruktur internet yang mapan.

Namun fitrah manusia untuk bertemu muka langsung tentunya tidak bisa diubah. Mudik untuk saling bertemu langsung tetap akan menjadi tujuan banyak orang. Alternatif mudik virtual mungkin digunakan tidak banyak orang. 

Kepopuleran teknologi tentu berjalan seiring dengan generasi yang menggunakannya. Untuk saat ini, orangtua kita masih banyak yang gaptek menyoal ini. 10 sampai 20 tahun lagi, bisa saja mudik virtual menjadi tren. Toh generasi milenial seperti saya sekarang sudah melihat awal mula teknologi ini muncul.

Referensi: engadget.com | theverge.com | wikipedia.org 

Salam,

Solo, 30 Juni 2016

01:40 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun