Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Berpanjang-panjang di Email, Pentingkah?

16 Mei 2016   11:56 Diperbarui: 16 Mei 2016   19:03 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika soal mengarang, saya suka sekali. Pernah rekan saya bilang, bahasa saya kaku mirip textbook kuliah. Dan sejak saat itu pula, saya coba banyak menulis cerpen. Bahkan sampai pendeknya, ia hanya beberapa paragraf. Contoh-contohnya banyak di Kompasiana, seperti ini. Sampai bahasa tulis saya lumayan tidak kaku, menurut saya.

Dan seperti kebiasaan saya menulis bertele-tele detail, saya menulis email katanya cukup panjang. Entah kenapa, email atau pesan kepada seseorang yang belum kenal baik ingin saya tulis panjang. Saya hanya ingin semua pesan atau keinginan saya tersampaikan dalam satu pesan. Kadang malah kepanjangan mirip pesan di grup WhatsApp yang cuma di-scroll ke bawah. 

Email menurut saya masih terasa serupa surat tulisan tangan. Ia memiliki value tersendiri dalam dunia berkirim pesan. Mungkin juga menurut saya top-priority. Tidak serupa BBM, WhatsApp atau bahkan SMS, email memiliki unsur korespondensi arkais. Walau jarak pengirim dan penerima bersifat real-time, tapi sifatnya tetap serupa surat resmi.

Baik ber-email ke institusi atau kenalan, 'mengarang indah' tetap saya gunakan. Walau kadang kesel dan ngenes juga dibalas hanya beberapa kata. Kumpulan kata yang bahkan bukan kalimat lengkap. Kadang berfikir apa benar pesansaya dibaca sungguh-sungguh. Atau jangan-jangan penerima pesan disana kurang bisa bertele-tele untuk menjawab email. Bukan karena tidak bisa mengarang indah seperti saya.

Saya hanya bisa menangkap makna kalau berpanjang-panjang dalam email menunjukkan kecerdasan korespondensinya. Kecerdasan korespondensi bukan hanya soal bernarasi dalam diksi dan kalimat. Namun baik dan tepat dalam menyampaikan pesan, informasi dan jawaban. 

Dalam pemilihan kata dan penyesuaian panjang paragraf dalam email tercermin jiwa PR yang baik. Karena berkorespondensi email juga berarti menjalin relasi. Saya percaya orang yang membaca email saya akan merasa dihormati dengan email yang panjang. Walau mungkin tidak semua dibaca. Namun panjangnya email menunjukkan pentingnya orang tersebut buat saya.

Funny Email Addressees | Ilustrasi: themetapicture.com
Funny Email Addressees | Ilustrasi: themetapicture.com
Apalagi alamat email harus benar-benar menunjukkan nama jelas. Karena agak tidak sopan jika alamat email misalnya girisemangat45@gmail.com. Karena terlihat tidak resmi dan cenderung main-main. Email seperti itu boleh saja misalnya untuk membuka akun sosmed. Namun jika untuk korespondensi resmi atau mendaftar pekerjaan misalnya, akan terlihat tidak serius.

Dan akan terlihat lebih ciamik lagi jika korespondensi email panjang. Dan panjang pun bukan berarti tanpa kejelasan pesan. Mengarang indah bukan berarti asal 500 kata. Namun seperti saya tulis diatas, baik dan tepat dalam menyampaikan pesan dan informasi serta jawaban. Karena kadang berkirim pesan pendek dalam email malah menimbulkan banyak lagi pertanyaan.

Bukankah akan lebih baik jika pesan atau informasi disampaikan dalam satu pesan email. Daripada harus menulis email berkali-kali. Dan memang, hal ini membutuhkan latihan. Dan saya kira banyak website yang mengulas tentang cara menulis email efektif dan efisien. Karena saya juga yakin email panjang kadang malah membuat pesan serasa tidak jelas.

Namun karena esensi dan email yang masih 'suci' dari model berpesan singkat, menulis banyak dalam email tetap penting. Selain menunjukkan jiwa korespondensi yang baik, menghormati dengan pesan panjang dan tersusun apik dan sopan menunjukkan siapa kita. Karena alamat email kita sudah menunjukkan kita siapa dan kadang dari institusi yang kita bawa.

Salam,

Solo, 16 Mei 2016

11:56 am

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun